Pages

Saturday, December 19, 2009

Suporter Fanatik: Sebuah Perbandingan




Entahlah...harusnya tulisan ini saya tulis beberapa hari yang lalu ketika terjebak macet dan berada di tengah konvoi suporter fanatik sepakbola Surabaya.
Anda pasti tahu suporter mana itu...

Sebenarnya terlepas dari sikap anarkisme yang kerap mereka tunjukkan, mereka mempunyai kesetiaan yang tinggi terhadap klub, mereka rela mendukung dimana saja klub kesayangannya berlaga meskipun dengan dana terbatas, harusnya mereka mendapatkan hasil lebih dari klub. Prestasi misalnya...
Tidak hanya di level klub, di level Tim Nasional misalnya...lihatlah ketika Timnas Indonesia berlaga di Gelora Bung Karno...semua tribun memerah dan gemuruh Indonesia Raya membuat suasana penuh nasionalisme, tapi apa yang kita dapat?

Negara ini sebenarnya telah mencukupi semua persyaratan menjadi negara dengan kekuatan sepakbola yang diperhitungkan. Siapa yang meragukan kemampuan Bambang Pamungkas dkk? Siapa yang meragukan keloyalitasan suporter fanatik kita? Siapa yang bisa menyaingi Stadion SUGBK kita di Asia Tenggara? Tapi satu yang tidak kita miliki... KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMAN SEPAKBOLA YANG HANDAL...

Okelah..kita kembali ke masalah suporter.
Jika melihat perbedaan antara suporter Indonesia dengan negara-negara lain, misalnya di Eropa, betapa banyak perbedaan-perbedaan yang menonjol, khususnya misi-misi yang dibawa suporter tersebut. Di Indonesia...loyalitas yang ditunjukkan suporter hanya sebagai bentuk dukungan terhadap klub yang dibelanya. Tapi jika kita melihat di negara-negara Eropa, biasanya suporter tersebut membawa misi khusus misalnya masalah politik dan identitas etnis.

Contohnya di Spanyol, Spanyol mempunyai banyak suporter sepakbola yang memperjuangkan aliran politik mereka. Hal ini disebabkan karena sejarah masa lalu Spanyol. Ketika rezim diktator Francisco Franco berkuasa, Real Madrid dijadikan pemimpin fasis tersebut sebagai simbol Spanyol. Ketika Catalan bangga dengan Barcelona sebagai identitas etnisnya, Franco merangkul Espanyol dan menjadi rival Barcelona. Di daerah Basque, untuk meredam kekuatan Athletic Bilbao yang juga merupakan bentuk identitas etnis Basque yang ingin merdeka dan lepas dari pemerintahan Spanyol, pemerintah menghidupkan klub Real Sociedad sebagai kekuatan oposisi. Franco juga menanamkan pengaruhnya di wilayah Andalusia dengan membentuk Real Betis Balompie sebagai upaya menandingi Sevilla.  Jadi anda bisa liha ketika klub yang beda aliran politik tersebut berlaga, maka tak jarang kerusuhan berbau politik akan terjadi.

Di Italia, laga Roma dan Lazio bukan hanya mempertemukan rivalitas masyarakat urban (basis mayoritas pendukung Roma) dan daerah suburban (basis Lazio), melainkan dua basis tifosi fanatik mereka yang secara politis berseberangan. Irriducibili adalah kelompok fanatik yang mendominasi Lazio dengan kader-kader fasis yang juga rasis beraliran eksterm kanan. Kekuatan mereka disaingi dengan kelompok fanatik Roma, Fedayn, yang beraliran ekstrim kiri. Fedayn juga mendominasi tifosi Livorno.
Selain masalah politik...rasism merupakan masalah besar yang dibawa dalam sepakbola italia. Sejarah Italia di masa lalu ketika dipimpin oleh diktator Benito Mussolini telah meninggalkan jejak yang nampaknya sulit dihilangkan dari sepakbloa Italia, khusunya perilaku para tifosi.

Belum lagi perilaku Hooligan di negara-negara seperti Inggris, Jerman, dan Belanda...

Wuih...itulah gambaran perbadaan suporter Indonesia dengan suporter di negara lain yang punya sejarah panjang dan kebanggaan tinggi terhadap identitas klub mereka. Klub adalah representasi simbol perjuangan mereka. Apapun perbedaan antara suporter Indonesia dengan mereka di Eropa, saya yakin filosofi mereka sama...
"...APAPUN...ASAL TIDAK KALAH"


....................................
Penulis adalah penggemar sepakbola
Data diolah dari berbagai sumber.

Tuesday, December 15, 2009

Negeri Jenaka




Enaknya menjadi pelawak adalah mereka dapat menyembunyikan kebodohan mereka... Walaupun mereka bodoh...tapi orang menilai bahwa mereka itu sedang melawak.

Lantas apakah kebodohan itu lucu sampai-sampai harus ditertawakan?
Bagaimana dengan kemiskinan? Bukannya awal dari kemiskinan salah satunya adalah kebodohan?
Apakah hal itu juga pantas untuk ditertawakan?
Ditertawakan tidak...tapi dibiarkan iya...

Betap kita ini hidup di negara yang penuh kejenakaan...
Kita hidup di negara yang gemah ripah loh jinawi, tapi mana hasilnya?
Mana yang katanya tanah kita subur? Sedangkan kenyataannya banyak yang kelaparan dan perutnya membuncit dan membusung...
Mana yang katanya kita kaya akan hasil minyak? Herankah karena kita masih saja mengimpor minyak?

Kita hidup di negara yang menjunjung ke-Bhinika Tunggal Ika-an, tapi mana buktinya?
Mana yang katanya kita menghargai keanekaragaman? Sedangkan kita saling bunuh dengan saudara kerena perbedaan Suku, Agama, Ras...

Belum lagi termasuk menemukan 11 orang yang jago sepak bola...punyakah kita? Bagaimana dengan anak-anak kecil yang bermain sepak bola tiap sore...tidak adakah bibit-bibit yang unggul di antara anak-anak itu? Rasanya kok sedih banget hati ini ketika Timnas kita dibantai oleh tim-tim negara lain...
Belum malu kah kita masih menyebut sepak bola sebagai olahraga paling populer di negara ini?
Padahal pemerintah telah berkorban banyak demi sepak bola kita. Ini membuktikan dengan dana yang besar tampaknya prestasi sepakbola kita masih jauh dari harapan. Jangankan untuk bertanding di level internasional, di liga domestik saja pemain dengan gaji hingga ratusan juta perbulan tidak menunjukkan kualitas yang baik, bahkan untuk membuat pertandingan lebih menarik, kadang mereka sampai harus adu pukul dan ramai-ramai memukuli wasit..

Bagaimana dengan suara rakyat?
Apakah di negara demokrasi ini suara akar rumput berguna hanya ketika pemilihan presiden dan parlemen dilangsungkan? Bagaimana sesudahnya?

Bagaimana dengan hiruk-pikuk politik di negeri ini?
Tidakkah terpikirkan oleh mereka untuk membangun negara ini menjadi negara yang besar? Bukannya malah sibuk memperjuangkan tujuan politiknya masing-masing...


Bagaimana dengan ini...
Bagaimana dengan itu...
Yah...banyak masalah di negara jenaka ini...katanya ini...eee..ternyata jadinya malah itu...

Bagaimana mengatasinya?
Satu saran dari akar rumput...
Semua terletak pada seorang pemimpin...
Pemimpin yang bisa memimpin, berani, dan tegas dalam mengambil keputusan...
Apakah harus pintar?
Bukannya pemimpin itu punya pembantu (menteri), mestinya pembantunya itu yang harus pintar...karena harus bisa mengaplkasikan visi misi sang pemimpin.
Lalu?
Kalo pintar, sebaiknya jangan jadi pemimpin, tapi jadilah Guru Bangsa
Jadi?
Harus berani dan tegas dalam mengambil keputusan...
Apalagi di Negeri Jenaka ini


-----------------------

Monday, December 14, 2009

Algojo Di Sungai Merah


Kemudian…
Digiringlah pemuda-pemuda anggota organisasi underbow-nya itu berjalan menuju pinggir sungai…
Diperintahkanlah mereka berlutut berjajar membelakangi Jarwo…
Ditumpuklah atribut mereka berupa bendera merah bergambar palu arit...
Dibakarlah tumpukan tersebut hingga membara…

Dengan parang terhunus…
Berteriaklah Jarwo dengan lantang…

Disinilah aku…
Dengan parang di tanganku…
Dibawah langit kelabu…
Yang mengharu biru…

Kubuat air sungai ini menjadi merah…
Merah karena darah…
Darah yang mengalir dari leher yang merekah…
Dan raga yang terbelah…

Kemudian…
Ditundukkannya kepala salah satu pemuda itu menghadap tanah…
Diacungkannya parang itu keatas…
Dan diayunkannya tepat ke tengkuk…
Jresss…
Sekali tebas…lepaslah kepala itu…
Dan diulanginya kepada yang lain yang berjumlah 20 orang itu…

Tersisalah jasad tanpa kepala...
Entah dimana sang kepala...
Oh itu dia...menggelinding...
Tercebur kedalam sungai...

Bukan keringat yang membasahi dahi Jarwo…
Tapi darah…
Darah yang muncrat dari tengkuk…
Darah yang mengalir dari badan dan kepala yang terbelah...

Dibuanglah satu persatu jasad tanpa kepala tersebut ke sungai...
Sampailah kepada jasad terakhir...
Jarwo mengambil sisa bendera yang belum hangus terbakar...
Diikatkan ke kayu runcing...
Ditancapkanlah ke dada jasad terakhir...
Dan dibuanglah jasad tanpa kepala tersebut...
Jadilah dia jasad terapung dengan bendera palu arit tertancap di dada...

Jadilah sungai itu berwarna merah darah...
Yang kelak kemudian hari disebut Sungai Merah…


-------------------------
Terinspirasi dari bukunya Hermawan Sulistiyo

PALU ARIT DI LADANG TEBU

Menjelaskan Mitos Secara Ilmiah


Betapa kita ini hidup di masyarakat yang masih mempercayai adanya mitos. Sebagai orang yang tumbuh dan berkembang di masyarakat desa, penulis sebenarnya pada awalnya percaya saja...lha gimana tidak percaya...lha wong biasanya para orang-orang tua menceritakan mitos tersebut disertai dengan ancaman-ancaman yang mungkin bagi anak-anak sangat menakutkan kalo tidak mempercayainya...

Tapi sebenarnya...mitos-mitos yang berkembang tersebut bisa dijelaskan secara ilmiah. Kalaupun mitos tersebut menimbulkan suatu kenyataan, ya memang hal tersebut bersifat alami.

Penulis jadi teringat akan Babad Tanah Jawi nya A.S Laksana yang ditulis sangat singkat sesingkat-singkatnya...dan diberi judul Sejarah Nabi Adam dan Raja-Raja. Ada tulisan begini:
"Adapun mengenai Jaka Tingkir, ia akhirnya menjadi raja dan memindahkan kerajaannya ke Pajang. Anak angkatnya, Raden Ngabehi Loring Pasar, menaklukkan Pajang sepeninggal Jaka Tingkir. Pemuda Loring Pasar ini mendirikan Mataram dan mengubah namanya menjadi Panembahan Senopati karena sudah tidak lagi tinggal di utara pasar. Untuk memperkuat pemerintahannya, Senopati memperistri jin penguasa lautan, yakni Nyai Roro Kidul. Bu Nyai memegang hak monopoli atas warna hijau. Konon, ia tak suka jika Anda pergi ke Pantai Parangtritis mengenakan pakaian warna hijau. Bisa dilalap ombak, Sampean."
Nah...cerita tentang larangan berpakaian warna hijau itulah yang menjadi mitos di daerah Laut Selatan, contohnya Pantai Parangtritis di Yogyakarta sampai sekarang. Katanya kalo pakai pakaian warna hijau...anda akan kena sial...anda akan diterjang ombak dan tenggelam... Anda percaya itu?
Sebaiknya percaya saja...karena hal itu ada penjelasan ilmiahnya...

Penjelasannya:
Anda tau kan bagaimana dasyatnya ombak Pantai Selatan? Kalo anda mengenakan pakaian hijau dan anda bermain-main dan berenang disana...trus anda terseret ombak...otomatis anda tidak akan kelihatan oleh orang sekitar...karena warna pakaian anda yang hijau tersamarkan oleh warna laut...jadinya orang-orang yang ingin menyelamatkan anda tidak tau keberadaan anda...maka anda akan tidak terselamatkan....kecuali anda perenang hebat.

Ada juga mitos yang berkembang di obyek wisata Besuki, Kediri, Jawa Timur. Disana kita bisa melihat air terjun Irenggolo yang sangat indah. Ketika SMA, penulis dulu pernah camping disana.
Masih ingat betul, ada suatu kepercayaan penduduk setempat tentang adanya sumber mata air yang bisa membuat awet muda dan menyembuhkan penyakit. Sumber air tersebut terletak di lereng gunung yang berjarak sekitar (mungkin) 1 km dari tempat penulis camping, jalannya sangat terjal menuruni tebing. Memang sih disana ada semacam aliran air kecil yang oleh penduduk setempat dipasangi bambu sebagai pipa. Kata penduduk setempat, jika anda setiap pagi-pagi buta mengambil air tersebut dan mengusapkan ke muka anda maka anda akan awet muda. Selain itu air tesebut berguna menyembuhkan berbagai penyakit.

Percayakah anda? Hahaha...sebenarnya ada penjelasan ilmiahnya...
Gimana mau tidak awet muda, lha wong itu sama artinya mengajak anda olah raga lari-lari pagi kok...jadi bukan karena airnya, tapi perjalanan ke mata airnya itulah yang membuat anda sehat...apalagi dilakukan pagi-pagi...
Hahaha...ada-ada saja orang-orang itu...

Trus juga ada mitos semasa penulis kecil dulu. tidak boleh menduduki bantal, katanya bisa bisulan (bisul).
Penjelasannya: Jika kita duduk disuatu tempat dan tidak tau tempat tersebut kotor atau tidak, lalu kita duduk di bantal, otomatis kotoran atau bakteri yang menempel di celana kita akan berpindah ke bantal. Lalu bantal tersebut kita pakai untuk tidur...dan berpindahlah bakteri tersebut ke muka kita...akhirnya bisa muncul gatal-gatal dan bahkan mungkin bisul...
hwehehehehe...

Dan masih banyak mitos-mitos yang berkembang yang penulis yakin pasti ada penjelasan ilmiahnya...

Mitos sengaja dibuat agar kita berhati-hati. Dan cara penyampaian mitospun dibuat berdasarkan kultur masyarakat kita. Akhirnya kita harus mencerna dan berpikir secara logika dan ilmiah bahwa sesuatu pasti dapat dijelaskan.
Wew...

Friday, December 11, 2009

Indomie Indonesia Dan Nigeria


Indomie...
Makanan instan ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia...
Semua pernah makan makanan instan ini...
Apalagi bagi anak kost...sudah menjadi kewajiban untuk memiliki makanan wajib di lemarinya...termasuk penulis...hahahaha...

Penulis jadi teringat akan sebuah link yang mengatakan bahwa Indomie menjadi makanan pokok di Nigeria.

Sebagai masyarakat Indonesia yang sudah sangat menyatu dengan makanan tersebut, apalagi sampai-sampai jingle mie instan tersebut dijadilkan jingle kampanye salah satu incumbent dalam Pemilu 2009 lalu, bagaimana sikap kita menghadapinya?

Apakah anda memperlakukan Nigeria seperti Malaysia ketika mengklaim Rendang sebagai budaya kuliner negeri mereka? Ataukah anda berbangga dengan hal tersebut mengingat makanan buatan kita menjadi primadona di negeri orang nan jauh disana?

Oke perlu diingat...
Bahan baku Indomie itu kan gandum...kita tidak menanam gandum, karena kita menanam padi. Gandum yang dibuat Indomie itu diimpor dari Australia. Jadi jangan pernah menganggap Indomie itu makanan pokok kita. Entah jika suatu saat nanti kita bisa mengganti gandum tersebut dengan ubi-ubian, sagu, atau sukun. Setidaknya hal itu mengurangi impor gandum kita dan benar-benar menjadikan Indomie menjadi makanan asli Indonesia.
Bukankah ada pepatah baku di kehidupan kita yang berbunyi:
"Orang Indonesia kalo belum makan nasi belum kenyang"???.

Selain itu...makanan seperti Indomie dan mie instan lainnya itu kan sarat MSG dan zat pengawet lainnya, jadi kita tidak usahlah membela berlebihan tentang masalah ini. Malah sebaiknya kita mencoba untuk mengurangi menkonsumsi mie instan.

Wah...jadi ingat betapa teman penulis pernah masuk rumah sakit gara-gara infeksi lambung, katanya dia kebanyakan makan mie instan. Tapi penulis tidak bisa memungkiri bahwa Indomie telah menyelamatkan kami para korban Gempa Jogja 2006 silam dari kelaparan, mengingat pada waktu itu tiap rumah mendapat bantuan 3 kardus mie instant. Hahahaha...

----------------
Just fun aja...

Kurawa dan Pandawa Dalam Konsep Hitam Putih



Anda suka wayang?
Jika tidak suka, setidaknya ada pernah dengar tentang Pendawa dan Kurawa kan?

Pendawa merupakan 5 (lima) bersaudara terdiri dari : Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa
Para Pandawa terdiri dari lima orang pangeran, Yudistira, Bima, Arjuna merupakan putra kandung Dewi Kunti sedangkan yang lainnya Nakula dan Sadewa merupakan putra kandung Madri, namun ayah mereka sama, yaitu Pandudewananta.

Kurawa terdiri dari 100 bersaudara.
Diceritakan bahwa Gandari, isteri Prabu Destarasetra, menginginkan seratus putra. Kemudian Gandari memohon kepada Byasa, seorang pertapa sakti, dan beliau mengabulkannya. Gandari menjadi hamil, namun setelah lama ia mengandung, puteranya belum juga lahir. Ia menjadi cemburu kepada Dewi Kunti yang sudah memberikan Pandudewananta tiga orang putra. Gandari menjadi frustasi kemudian memukul-mukul kandungannya. Setelah melalui masa persalinan, yang lahir dari rahimnya hanyalah segumpal daging. Byasa kemudian memotong-motong daging tersebut menjadi seratus bagian dan memasukkannya ke dalam guci, yang kemudian ditanam ke dalam tanah selama satu tahun. Setelah satu tahun, guci tersebut dibuka kembali dan dari dalam setiap guci, munculah bayi laki-laki, yaitu:
Duryodana (Suyodana), Dursusana (Duhsasana), Abaswa, Adityaketu, Alobha, Anadhresya (Hanyadresya), Anudhara (Hanudhara), Anuradh, Anuwinda (Anuwenda), Aparajita, Aswaketu, Bahwasi (Balaki), Balawardana, Bhagadatta (Bogadenta), Bima, Bimabala, Bimadewa, Bimarata (Bimaratha), Carucitra, Citradharma, Citrakala, Citaraksa, Citralaksya, Citrang, Citrasanda, Citrasraya, Citrawarman, Dharpasandha, Dhreksetra, Dirgaroma, Dirghabahu, Dirghacitra, Dredhahasta, Dredhawarman, Dredhayuda, Dretapara
Duhpradharsana, Duhsa, Duhsah, Durbalaki, Durbharata, Durdharsa, Durmada, Durmarsana, Durmukha, Durwimocana, Duskarna, Dusparajaya, Duspramana, Hayabahu, Jalasandha, Jarasanda, Jayawikata, Kanakadhwaja, Kanakayu, Karna, Kawacin, Krathana (Kratana), Kundabhedi, Kundadhara, Mahabahu, Mahacitra, Nandaka, Pandikunda, Prabhata, Pramathi, Rodrakarma (Rudrakarman), Sala, Sama, Satwa, Satyasanda, Senani, Sokarti, Subahu, Sudatra, Suddha (Korawa), Sugrama, Suhasta, Sukasananda, Sulokacitra, Surasakti, Tandasraya, Ugra, Ugrasena, Ugrasrayi, Ugrayudha, Upacitra, Upanandaka, Urnanaba, Wedha, Wicitrihatana, Wikala, Wikatanana, Winda, Wirabahu, Wirada, Wisakti, Wiwitsu, Wyudoru (Wiyudarus).

SILSILAH KELUARGA PENDAWA DAN KURAWA


Dalam cerita pewayangan Pendawa digambarkan sebagai tokoh protagonis dan berjuang demi kebaikan, sedangkan Kurawa merupakan antagonis yang digambarkan sangat licik dan jahat. Sehingga terjadilah perselisihan diantara keduanya. Puncaknya terjadilah peperangan antara Kurawa dan Pendawa, dan perang tersebut terjadi di medan perang yang disebut Padang Kurusetra. Perang antara Kurawa dengan Pendawa dikenal dengan nama Perang Barathayudha.



Nah...pertanyaannya siapa sih yang salah? Kurawa atau Pendawa?

Kita mungkin hanya melihat peristiwa tersebut dalam konsep hitam dan putih, kejahatan vs kebaikan. Sudah menjadi cerita baku yang tidak dapat diganggu gugat jika Kurawa itu jahat sedangkan Pendawa itu baik. Coba kita melihatnya dari sisi lain. Anggap saja Pendawa itu memang baik, tidak sombong, tidak gila harta dan tahta, dan bijaksana. Sedangkan Kurawa kita anggap sebagai orang-orang yang sedang melangkah menuju sikap seperti Pandawa itu. Kurawa berbuat macam-macam itu hanya karena belum matang jiwanya. Maka, kewajiban Pandawa adalah mengalahkan Kurawa, supaya bisa diarahkan ke jalan yang baik.

Oke...kembali ke pertanyaan awal...
Siapa yang salah?
Kata Gus Dur dalam guyonannya dengan Sujiwo Tejo, yang salah dalam perselisihan Pendawa dengan Kurawa adalah sang Dalang...
Dalang???
Hahahahaha...
Lha iya toh...padahal kita dapat melihat bahwa Kurawa itu belum dewasa...belum matang...sehingga perlu diarahkan ke jalan yang benar, tapi kok yo tetep aja dipersalahkan.

Seperti di kehidupan ini. Dunia ini tidak tebentuk dari hitam putih. Semua perlu dibuktikan.



-------------------------
Tulisan ini terinspirasi dari guyonan Gus Dur

Thursday, December 10, 2009

Sertijab DANSATRAD 222


Satuan Radar (SATRAD 222) Ploso mempunyai Komandan baru. Pada Sabtu, 05 Desember 2009 diadakan upacara serah terima jabatan dari Letkol Lek Roy Romanza Bacthiar, SIP kepada Mayor Lek Benny Zurianto, ST. Upacara Sertijab itu sendiri dipimpin oleh Panglima Kosek Hanudnas II Marsma TNI John Dalas Sembiring, SE

Seperti penggantian pada umumnya dilingkungan TNI, hal itu merupakan perwujudan pembinaan personel dengan pemberian tugas baru, pengalaman baru dan cakrawala pandang yang lebih luas sehingga pada akhirnya akan mampu memikul tugas dan tanggung jawab yang lebih besar.

SATRAD 222 Ploso merupakan salah satu dari bagian alat utama sistem persenjataan yang dimiliki TNI-AU dan berada dibawah Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II. Berdiri pada tahun 1962 di Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang. Dalam sejarahnya, SATRAD 222 mengalami perubahan-perubahan organisasi dan Komando sebagai berikut:
  1. Tahun 1962 s/d 1963 bernama Skadron Radar 224 sebagai Fighter Recovery Radar.
  2. Tahun 1963 s/d 1964 bernama Stasiun Radar 224 sebagai Fighter Recovery Radar.
  3. Tahun 1964 s/d 1975 bernama Kesatuan Radar VI dibawah pembinaan Wing 200 Solo, sempat tidak dapat melaksanakan tugas karena kerusakan antara tahun 1964 s/d 1965. Tahun 1967 diadakan Radar Re-assembling, tahun 1972 dapat kembali beroperasi penuh sebagai Fighter Recovery Radar.
  4. Tahun 1975 s/d 1981 bernama Satuan Radar Ploso dibawah pembinaan Kosek II Surabaya.
  5. Tahun 1981 s/d 2004 bernama Satuan Radar 253 Ploso berfungsi sebagai Ground Control Interceptor Radar.
  6. Tahun 2004 berganti nama menjadi Satuan Radar 222.

Dari awal berdirinya Satrad 222 Ploso sudah terlibat dalam berbagai tugas operasi antara lain :
  1. Tahun 1962 bertugas sebagai Fighter Recovery Radar terlibat langsung dalam Operasi Trikora.
  2. Tahun 1963 bertugas utama sebagai Fighter Recovery Radar terlibat dalam Operasi Dwikora.
  3. Tahun 1981 berubah fungsi sebagai Ground Control Interceptor Radar, terlibat dalam Operasi Jaga Baya.
  4. Tahun 2001 sebagian anggota terlibat Operasi Timor Barat yang dilaksanakan di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Selamat kepada Mayor Lek Benny Zurianto, ST. Semoga menjadi pemimpin yang hebat bagi kemajuan SATRAD 222 dan menjalin hubungan yang lebih baik dengan pemerintah daerah, Kesatuan-kesatuan lain, Purnawirawan, dan masyarakat sekitar.


----------------------------
Penulis adalah warga yang tinggal di lingkungan SATRAD 222 dan beberapa data di tulisan ini diambil dari berbagai sumber.

Friday, December 4, 2009

Berkah Bagi Media di Indonesia



Menyaksikan berita di televisi...menggambarkan sebegitu parahnya kondisi negara ini...Sekarang ini masih runyam tentang ramai-ramainya masalah politik dan hukum..tetapi tunggulah nanti pas musim hujan benar2 tiba..kita bakalan disuguhkan berita memilukan. Entah dimulai darimana memilukan itu. Bisa musibah yang disebabkan oleh alam atau kecelakaan demi kecelakaan transportasi darat, laut, ataupun udara...

Rindukah kalian dengan siaran berita ketika Orde Baru???

Jika mencoba mengingat tahun 1990an ato sebelumnya tepatnya sebelum Orde Baru jatuh...betapa jauhnya perbedaannya mengenai berita yang disiarkan ke masyarakat. Tidak ada tuh yg namanya konflik...jarang pula berita tentang demo yang berakhir anarkis...jangankan anarkis, lha wong demo saja belum tentu ada...
Berita-berita yang disiarkan adalah berita-berita mengenai keberhasilan pemerintah...tentang keberhasilan swasembada beras...panen raya yang menayangkan gambar presiden dengan senyuman khasnya memakai topi camping, memanen padi kemudian mengangkat tangan sambil mengenggam seikat padi yang menguning...
Atau kunjungan pejabat pemerintah ke daerah-daerah terpencil dan mengatakan keberhasilannya dalam membangun jalan dan jembatan...mereka disambut masyarakat dengan tarian-tarian daerah, jamuan serba mewah dan desa mereka mungkin sengaja dibuat rapi.




Tapi itu semua wajarlah...kenapa? Lha wong..pada saat itu stasiun televisinya cuman satu...dan sudah dibooking pemerintah kok...kalau sudah dibooking kan bisa diapain aja? termasuk sebagai corong pemerintah mungkin..jadi yang diberitakan ya keberhasilan pemerintah saja...

Yah itulah masa lalu...sekarang media kita cerdas...menyampaikan hal-hal tanpa intervensi pihak manapun. Tapi kalo beritanya tentang Century, Polri-KPK, ketidakadilan hukum, dll lama-lama yo bosen rek...

Bayangkan saja...pulang kerja. kan cuapek buanget tuh...abis mandi sambil tiduran liat televisi...
Duh...berita ini terus...kayak gak ada berita yang lain aja. Bahkan ada dua stasiun televisi yang khusus mendedikasikan dirinya hanya untuk berita, tapi berita yang disiarkan sepanjang hari melulu tentang itu..

Jadi tambah penasaran... Gimana ya siaran berita di negara-negara maju seperti Swiss misalnya. Kenapa Swiss? karena setahu penulis negara yang adem ayem yang muncul di otak penulis adalah Swiss. Apa yang diberitakan disana ya? Konflik tidak ada...masalah ekonomi cukup baik..hukum terjaga... Mungkin kalo wartawan Indonesia dipekerjakan disana akan sangat membosankan baginya...gak ada yg seru...banyak nganggurnya malah...
Misalnya lho ini..secara penulis kan belum pernah ke Swiss atau melihat siaran berita Swiss.



Jadi dapat disimpulkan bahwa kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan di negeri ini sangat menguntungkan bagi sebagian pihak..siapakah dia? ya tentunya Media... Semakin bayaknya kasus, bagi mereka adalah berkah...
Berkah karena mereka bisa berlomba-lomba mencari informasi dan menyuguhkan secara menarik...dan hasilnya tentu bisa diapresiasi...
Berkah juga membuka lapangan pekerjaan khususnya Wartawan...
Berkah juga bagi narasumber yang diundang Media...

Yup Berkah...meskipun ada sebagian pihak yang menjadi obyek menjadi pesakitan...
Hehehehehe...

Sunday, November 29, 2009

Palu Arit Di Sungai Brantas: Refleksi Diri dan Bangsa


Setiap kali dalam perjalanan Surabaya - Jombang via depan Pabrik Gula Gempol Kerep Mojokerto hingga Kecamatan Ploso (Jombang), ketika melintasi sepanjang jalan yang menyusuri Sungai Brantas pikiran penulis selalu melamun. Melamun teringat dengan buku yang pernah penulis baca waktu kuliah dulu. PALU ARIT DILADANG TEBU: Sejarah Pembantaian Massal Yang Terlupakan (1965-1966) karya Hermawan Sulistiyo. Buku yang membahas peristiwa pembunuhan massal orang-orang yang menjadi atau dianggap menjadi aktivis atau anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan organisasi onderbouw-nya. Disebutkan di buku tersebut, sungai Brantas menjadi semacam tempat pembuangan mayat-mayat yang dibantai.

Untuk kali ini penulis coba untuk berhenti sejenak di pinggiran sungai Brantas...mencoba untuk memfokuskan lamunan penulis mengenai peristiwa yang terjadi di pertengahan tahun 1960an tersebut, khususnya di wilayah Jombang dan Kediri yang menjadi fokus kajian Hermawan Sulistiyo...

Disinilah aku...dibawah langit mendung abu-abu kelabu...dengan air yang berwarna coklat keruh...dengan pinggirnya banyak ditumbuhi pohon pisang. Terlihat pula para pekerja penambang pasir hilir mudik mengangkut pasir menggunakan keranjang bambu yang dipikulnya.

Mata penulis menerawang jauh...membayangkan pada tahun-tahun itu ribuan mayat terapung tanpa kepala, yang disebutkan dalam buku tersebut banyak simpatisan PKI dibunuh dan mayatnya dibuang begitu saja di sungai Brantas hingga warna airnya menjadi merah. Diperkirakan 78.000-500.000 orang telah dibantai dalam kurun waktu itu. Bahkan, beberapa sarjana memperkirakan jumlah korban mencapa satu juta orang. Ironisnya, sedikit sekali penelitian yang secara khusus membahas peristiwa tersebut.

Selama ini, apa yang terjadi pada tahun-tahun tersebut (1965-1966) merupakan sisi kelam yang sejarah bangsa Indonesia. Tak ada satu penjelasan yang cukup tuntas terhadap pembantaian massal yang meluas tersebut.

Awal mula konflik sosial yang melibatkan sungai Brantas sebagai setting tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Dalam situasi sistem Demokrasi Terpimpin, partai-partai politik terbesar-PKI, PNI, Masyumi, dan NU-kerap kali menerapkan pola-pola politik konfrontasi untuk menggalang kekuatan massa.
  2. Dijelaskan bahwa benih-benih konflik memang sudah muncul antara pegawai Pabrik Gula dengan para petani yang umumnya adalah simpatisan PKI. Ketika itu, kondisi pertumbuhan ekonomi begitu memprihatinkan. Konstelasi sosial tersebut turut mempengaruhi kinerja produksi pabrik-pabrik gula, sehingga elemen-elemen sosial yang terlibat di dalamnya juga terkena imbas sosialnya.
  3. Penerapan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UUPBH) di awal tahun 1960 ikut menebarkan benih-benih konflik sosial di antara kelompok petani yang merupakan basis massa PKI dengan kelompok-kelompok tuan tanah yang sebagian melibatkan kalangan komunitas pesantren.
  4. Aksi-aksi sepihak kelompok petani untuk mengambil alih tanah milik para tuan tanah tersebut juga merupakan bentuk awal konflik sosial.
  5. Terjadinya konflik dahsyat adalah kasus bentrokan anggota PKI dengan para pemuda yang tergabung dalam organisasi Persatuan Pelajar Islam (PII), sayap pelajar Masyumi, di Kanigoro (wilayah Kediri, Jawa Timur) pada bulan Januari 1965.
Maka, ketika pada awal Oktober 1965 dari Jakarta terdengar kabar tentang pembunuhan yang melibatkan PKI, terhadap tujuh orang perwira tinggi Angkatan Darat, momen ini lalu dimanfaatkan untuk menjadi semacam "pembenaran" bagi upaya menuntaskan berbagai dendam dan konflik sosial yang punya akar sejarah cukup dalam.

Dimulailah aksi-aksi pembersihan terhadap warga PKI. Dalam kasus di Jombang dan Kediri (yang menjadi fokus kajian Hermawan Sulistiyo), terlihat peranan kelompok komunitas pesantren dalam aksi-aksi pembantaian tersebut cukup besar. Selain sebagai sumber legitimasi religius, kelompok pesantren ini bahkan juga terlibat langsung di lapangan.

Sebeginikah kejamnya bangsa Indonesia? Apa benar peristiwa pembantaian ini merupakan cikal bakal kekerasan yang terjadi di Indonesia sesudahnya seperti konflik Ambon, Sampit, Poso, dan konflik kekerasan lainnya?

Yah..sebaiknya kita akui sajalah jika kekisruhan tingkat nasional pada dekade tahun 1950-an hingga 1960-an telah turut menyumbangkan terbentuknya suatu konstruksi budaya politik yang sarat dengan unsur kekerasan. Elemen-elemen politik di tingkat bawah terbawa oleh provokasi-provokasi elite politik nasional sehingga interaksi sosial berjalan kurang harmonis. Sebagai contoh pembunuhan 7 Jenderal AD oleh PKI telah menjadikan semacam pembenaran dan menyeret masyarakat kelas bawah di daerah untuk terlibat dalam konflik sosial yang berujung pada pembantaian massal.

Akhirnya lamunan penulis buyar ketika titik-titik air hujan mulai turun...dan langit Brantas semakin mengharu pekat...para penambang pasir mulai berteduh. Segera penulis melanjutkan perjalanan...perjalanan di tengah hujan...meskipun berat harus penulis lakukan agar sampai tujuan.
Memang kita harus melanjutkan perjalanan hidup meskipun kadang perjalanan tersebut diwarnai dengan hambatan yang kadang kala sangat menyulitkan, dan terus menatap masa depan...tapi sesekali bolehlah kita menoleh ke belakang untuk melihat kesalahan apa yang telah kita lakukan sebelumnya agar kita tidak mengulanginya di masa mendatang...
Benarkan Indonesia?

Semoga konflik sosial semacam itu tidak pernah terulang lagi..
Jaya terus Indonesia..

-----------------------------------






NB: Sebelumnya agar tidak terjadi kesalahpahaman perlu diingat bahwa penulis sangat tidak setuju dengan yang namanya paham Komunisme. Hal ini penting dicatat karena dalam pikiran masyarakat Indonesia terbentuk suatu stereotip buruk mengenai paham komunis ini sehingga nantinya tidak melahirkan konflik antara penulis dan berbagai pihak. Dan tulisan ini hanya sebagai buah pikiran penulis saja yang kebetulan menyukai masalah sosial politik di kehidupan sekitar.

Tuesday, November 10, 2009

Pahlawan Itu Diciptakan, Bukan Dilahirkan

"Saudara-saudara rakyat Surabaya.
Bersiaplah! Keadaan genting.
Tetapi saya peringatkan sekali lagi.
Jangan mulai menembak.
Baru kalau kita ditembak.
Maka kita akan ganti menyerang mereka itu.
Kita tunjukkan bahwa kita itu adalah orang yang benar-benar ingin merdeka.
Dan untuk kita saudara-saudara.
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.
Semboyan kita tetap.
Merdeka atau mati.
Dan kita yakin, Saudara-saudara.
Akhirnya, pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita.
Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.
Percayalah Saudara-saudara!
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Merdeka..........!!!!!"

Masih ingatkah atau taukah dengan pidato tersebut?


Yup...pidato Bung Tomo

Taukah anda jika Bung Tomo yang merupakan ikon perjuangan Arek-Arek Suroboyo melawan penjajah pada tahun 1945 sehingga tiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan dan menjadikan Surabaya sebagai Kota Pahlawan baru ditetapkan atau menjadi Pahlawan Nasional tepat pada satu tahun yang lalu tepatnya tahun 2008???

Ternyata untuk menjadi seorang pahlawan yang diakui oleh negara tidak hanya cukup dengan mengorbankan seluruh jiwa dan raganya…

Nama Bung Tomo sebenarnya sudah berkali-kali diusulkan menjadi pahlawan. Baik oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun DPRD Jatim. Namun, pemerintah, rupanya, tidak menggubris usul tersebut. Padahal, dalam sejarah kemerdekaan, nama Bung Tomo menjadi ikon hari pahlawan, sebagai tokoh utama dalam pertempuran 10 November 1945 di Hotel Oranye, Surabaya.

Tapi bagaimanapun juga, bagi masyarakat Surabaya dan Indonesia pada umumny, Bung Tomo lebih dari sekedar pahlawan…pahlawan yang tidak perlu penghargaan…pahlawan yang bersedia mati demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia…dan pahlawan yang selalu ada di setiap hati rakyat Indonesia.

Dan sebenarnya yang namanya Pahlawan itu tidak dilahirkan...tetapi seorang Pahlawan itu diciptakan. Diciptakan oleh keadaan yang memang memaksa. Kita tau bagaimana pada saat jaman penjajahan banyak sekali munculnya orang-orang yang dengan gagah berani melawan penjajah...pertanyaannya: Apakah orang-orang tersebut murni karena ingin menjadi pahlawan atau secara tak sengaja memanggul senjata dan dengan gagah berani melawan penjajah yang merebut wilayahnya?

Ambil contoh Pangeran Diponegoro. Awal mula Pangeran Diponegoro melawan Belanda disebabkan masalah pribadi, yaitu ketika Belanda dengan seenaknya mencabut patok yang menjadi wilayah (tanah) leluhurnya, sehingga Diponegoro berusaha merebut kembali dan melebar dengan perjuangan melawan penjajah. Jadi kalau boleh menyimpulkan, asalkan mengangkat senjata, melawan penjajah maka suatu saat layak disebut pahlawan meskipun tujuan mengangkat senjata itu hanya urusan pribadi sekalipun...

Tapi jujur...betapa susah dan ribetnya jika ingin menjadi Pahlawan Nasional. Ada beberapa tahapan yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan seorang tersebut pantas tidaknya menjadi Pahlawan Nasional, bahkan seperti Bung Tomo pun harus menunggu berpuluh-puluh tahun.

Dalam UU No. 33 Prps tahun 1964, ada tujuh syarat administratif yang menjadi kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
  1. Warga Negara Indonesia yang telah meninggal dunia dan semasa hidupnya :
    • Telah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik / perjuangan dalam bidang lain mencapai / merebut / mempertahankan / mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
    • Telah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara.
    • Telah menghasilkan karya besar yang mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.
  2. Pengabdian dan Perjuangan yang dilakukannya berlangsung hampir sepanjang hidupnya (tidak sesaat) dan melebihi tugas yang diembannya.
  3. Perjuangan yang dilakukannya mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional.
  4. Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan/ nasionalisme yang tinggi,
  5. Memiliki akhlak dan moral yang tinggi.
  6. Tidak menyerah pada lawan / musuh dalam perjuangannya.
  7. Dalam riwayat hidupnya tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dapat merusak nilai perjuangannya.
Tapi syarat-syarat tersebut bisa kita sederhanakan menjadi seperti ini:
Syarat-syarat menjadi seorang pahlawan:
  1. Rela Berkorban Demi Negara

    Ex: Pangeran Diponegoro yang bersedia mati dan melawan penjajah hingga titik darah penghabisan

  2. Lolos Administrasi

    ribet Untuk mendapatkan gelar kepahlawanan harus melewati tahap-tahap tertentu. Pertama harus diusulkan atau mengajukan permohonan. Alur proses pengusulan adalah sepenuhnya dari masyarakat atau perwakilan masyarakat seperti organisasi masyarakat, organisasi sosial, ataupun pemerintah daerah. Setelah itu, syarat lainnya, nama yang diajukan tersebut harus diseminarkan. Tentunya didukung data-data valid mengenai sejarah dan jasa-jasanya dan untuk mengetahui, apakah ada pihak yang berkeberatan dengan pengangkatan tersebut. Dari situ kemudian diusulkan kepada Badan Pembina Pahlawan Pusat yang bersifat independen untuk diserahkan kepada Departemen Sosial.

  3. Mempunyai Pangkat Yang Tinggi

    Demo Veteran Pernah gak dengar anak buahnya Jenderal Sudirman yang ikut berperang atau yang ikut membawa tandu mati dalam peperangan mendapat gelar pahlawan? Kalo veteran iya…(itupun kalo dia terdaftar)..(pahlawan dengan veteran beda gak sih??)

  4. Memakai Kostum Unik

    pahlawan bertopengEx: Pahlawan Bertopeng

  5. Jangan Bertingkah Konyol

    zidane-materazzi1Ex: Zinedine Zidane yang merupakan pahlawan kesebelasan Perancis melakukan tindakan bodoh saat final World Cup 2006 dengan menanduk dada Marco Materazzi ketika Perancis bertemu Italia… Pada pagi harinya muncul tulisan begini di headline: “Zizou…From Hero to Zero”.

  6. Harus Mati

    dscn469911Yup…Harus mati…

Wednesday, October 28, 2009

Sumpah Pemuda Bagi Generasi Muda: Sebuah Tantangan


Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda yang kita peringati setiap tanggal 28 Oktober mempunyai arti penting bagi bangsa Indonesia. Dimana dengan dipersatukannya kita oleh Tanah Air, Bangsa dan Bahasa maka sudah sepantasanya kita berbangga akan identitas yang kita miliki.
Tapi di jaman sekarang apa sih makna Sumpah Pemuda???

Kenyataan di jaman sekarang yang terjadi adalah mulai memudarnya nilai-nilai Sumpah Pemuda bagi rakyat Indonesia dan para generasi muda khususnya...

Kita sudah mulai melupakan rasa cinta kita terhadap Tanah Air kita. Meskipun berbagai cobaan sedang menghadang kita seperti masalah ekonomi, teroris, bencana, keamanan, masalah politik, dan lain-lain, seharusnya itu menjadi pelecut semangat bagi para generasi muda untuk lebih mencintai negaranya. Dukungan rakyat terhadap negaranya merupakan faktor utama bangkitnya sebuah negara.

Memudarnya nilai cinta tanah air juga disebabkan pengaruh budaya asing yang masuk ke Indoensia. Dengan alasan keterbukaan informasi, kita seakan-akan terlena akan masuknya budaya asing yang dapat mendegradasikan moral generasi muda kita. Generasi muda sebaiknya bisa menempatkan budaya mana yang pantas dan sesuai dengan budaya Indonesia dan pemerintah harus cermat menyaring dan melakukan pengawasan akan budaya asing yang masuk ke Indonesia. Pengawasan yang ketat dan tegas oleh pemerintah terhadap penyalahgunaan budaya asing dan kesadaran diri para generasi muda dapat mengurangi pelanggaran norma-norma yang dilakukan oleh bangsa Indonesia.

Rasa cita tanah air juga dapat diwujudkan dengan mencintai kebudayaan sendiri dan berusaha melestarikannya. Sudah banyak kebudayaan kita yang diklaim oleh negara tetangga, siapa yang disalahkan? Kalau boleh jujur, sebenarnya itu adalah salah kita...salah para generasi muda bangsa ini. Kita lebih menyukai breakdance dari pada Reog, kita lebih suka menonton film Hollywood daripada melihat wayang, sangat wajar jika negara tetangga melihat sikap kita yang tidak mencitai budaya sendiri lantas mengakui Reog dan wayang sebagai budayanya? Apakah itu salah??? Baru setelah kebudayaan kita dicuri, kita teriak-teriak, memaki-maki bahkan sampai membakar bendera segala. Kenapa gak kita biasakan untuk lebih mencintai budaya sendiri. Ingat kita ini adalah bangsa yang mempunyai peradaban tinggi, sebuah bangsa yang mempunyai warisan leluhur yang sangat banyak, tidak sepantasnya jika kita lebih mencintai budaya orang lain dari pada budaya sendiri.

Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dengan disatukan oleh semangat Bhinika Tunggal Ika harusnya kita menjadi bangsa yang mandiri dan kuat. Namun bangsa Indonesai ini seolah-olah terjebak kedalam konflik sosial. Kecemburuan sosial, benturan budaya, maupun perbedaan etnis dan agama menjadi tantangan sendiri bagi generasi muda dalam membangun negara Indonesia.

Bangsa Indonesia harus menjadi bangsa yang besar dan mendapat tempat yang istimewa di dunia internasional, jadi sebagai generasi muda kita mulai dengan hal yang kecil disekitar kita, salah satunya adalah dengan saling menghormati antar sesama. Bangsa Indonesai dikenal sebagai bangsa yang santun dan ramah, seharusnya rasa tenggang rasa dan saling menghormati antar sesama dapat dilakukan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan. Kita melihat sendiri, misalnya bentrokan yang terjadi hanya dipicu oleh masalah sepele, dimanakah rasa saling menghormati perbedaan pendapat yang pernah diajarkan kepada kita?

Masalah bahasa merupakan masalah yang perlu diwaspadai oleh pemerintah dan para generasi muda. Betapa sekarang ini generasi muda lebih menyukai penggunaan bahasa gaul yang terkontaminasi oleh budaya asing dari pada menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulan sehari-hari. Bahkan tidak hanya oleh generasi muda, para birokratpun sering menggunakan bahasa Indonesia yang disisipi bahasa asing yang tidak sesuai atau mungkin sebenarnya tidak perlu.

Bahasa merupakan suatu ciri yang menandakan identitas suatu bangsa sudah sepantasnya kita menghargai dan melestarikan bahasa kita Bahasa Indonesia. Alangkah bangganya kita jika suatu saat nanti Bahasa Indonesia (bukan bahasa Melayu) dijadikan bahasa internasional atau bahasa resmi PBB.


Jadi...cintailah Tanah Air-mu, Bangsa-mu, dan Bahasa-mu dari sekarang agar kelak dikemudian hari anak cucu kita mendapatkan hasilnya, yaitu sebuah Indonesia yang bersatu, damai, sejahtera dan memimpin dunia.

Monday, October 26, 2009

Amerika dan Kejahatan Perang Israel: Suatu Ironi


Ketika masyarakat internasional mendesak agar Israel dijatuhi sanksi atas kejahatan perang ketika membombardir Jalur Gaza, pertanyaan yang muncul adalah? Sulitkah mengharapkan pengadilan atas Israel terkait kejahatan perang yang telah mereka lakukan?

Kalo pertanyaan itu muncul, seakan-akan kita merasa pesimistis akan keadilan bagi bangsa Palestina. Jawabannya terletak pada sikap negara-negara besar dalam menghadapi persolan ini.

Seandainya jika masalah ini dibawa ke ICC (International Criminal Court) negara-negara semacam Amerika Serikat pasti akan membela Israel habis-habisan, apalagi sebelum dibawa ke ICC persolan ini akan dibawa dulu ke DK PBB maka sangat mudahlah bagi Amerika Serikat menggunakan Hak Veto-nya dalam menganulir keputusan yang merugikan Israel. Namun hal ini akan menjadi dilema bagi Amerika Serikat, dimana dibawah pemerintahan Barrack Obama, Amerika Serikat berusaha merangkul dan menjalin hubungan yang baik dengan dunia Islam. Maka kemungkinan yang harus dilakukan Amerika Serikat adalah:

  1. Amerika Serikat sedapat mungkin mencegah penggunaan hak veto dan mengutamakan perundingan dengan negara-negara lain dalam mencapai kesepakatan.
  2. Mendesak Israel untuk menghentikan pembangunan pemukiman Yahudi di Jalur Gaza dan membuka pintu menuju Jalur Gaza agar tekanan internasional menyangkut masalah kejahatan perang menjadi ringan.
Sungguh suatu ironi bagi Amerika Serikat dan sekutunya...ketika negara-negara didunia berusaha memperjuangkan nilai-nilai Hak Asasi Manusia, mereka malah seakan-akan menancapkan standar ganda dalam menegakkan HAM.

Tapi seperti diketahui bahwa Lobi Yahudi atau biasa disebut AIPAC (American Israel Public Affairs Comittee) telah mengendalikan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Kelompok kepentingan yang mampu mendikte arah politik luar negeri Amerika Serikat demi keuntungan Israel. Ketika Israel membantai warga sipil Palestina di Jalur Gaza, Amerika berkilah bahwa hal itu dilakukan Israel sebagai upaya membela diri. Namun ketika pejuang Palestina menyerang tentara Israel, Amerika mengutuk tindakan tersebut sebagai aksi terorisme...bahkan anak-anak Palestina yang melempari tentara dengan batu dibalas dengan tembakan mortir dan bom..dan parahnya..dunia hanya diam saja melihat kebiadaban ini.


Inilah sesungguhnya ketika dunia dikendalikan oleh sebuah rezim penjajah...satu-satunya penjajah biadab yang masih tersisa di muka bumi ini...

Wednesday, October 21, 2009

Masalah Pertahanan Maritim Indonesia

"CI VIS PACEM PARA BELLUM"
(Siapa yang menginginkan perdamaian maka harus siap berperang).
Sebuah kalimat dalam dunia Pertahanan dan Keamanan yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia.

Bisa dibilang negara Indonesia menjadi grand strategy negara-negara besar, dimana dengan potensi kekayaan alam yang melimpah dan posisi Indonesia yang strategis membuat negara-negara besar mempunyai kepentingan di Indonesia.

Bangkitnya kekuatan besar dibidang kelautan seperti India, China, Australia dan juga Amerika Serikat (yang telah maju) menjadi tantangan sendiri bagi Indonesia. Selain berusaha menancapkan pengaruhnya khususnya di kawasan Asia, negara-negara tersebut saling berlomba mencari cadangan bahan bakar bagi industri negaranya. Dan wilayah yang mempunyai kandungan mineral tersebut berada di wilayah Republik Indonesia. Maka dengan ini peran di bidang kelautan menjadi sangat besar dalam menjaga keamanan.

Berdasarkan perkembangan tersebut, maka mau tidak mau harus ada pembenahan dalam sistem pertahanan maritim kita, sudah banyak pelanggaran yang melibatkan kapal militer negara asing masuk wilayah teritorial kita. Dengan kondisi pertahanan kita khususnya pertahanan maritim yang lemah, kita hanya bisa menjadi penonton dan sebagai medan pertempuran bagi negara-negara tersebut.

Seolah-olah Indonesia ini telah melupakan visi kelautan dalam Deklarasi Djuanda dimana deklarasi tersebut telah melahirkan konsep Wawasan Nusantara yang menyatukan wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara adalah cara pandang Bangsa Indonesia terhadap rakyat, bangsa dan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi darat, laut dan udara di atasnya sebagai satu kesatuan Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Pertahanan Keamanan).
Indonesia juga berkewajiban untuk menjaga keamanan lalu lintas internasional mengingat wilayah Indonesia yang strategis dalam dunia perdagangan khususnya di Selat Malaka dan sekitar wilayah Indonesia Timur.

Tapi tampaknya visi tersebut sulit atau bahkan tidak mampu dilaksakanan dikarenakan kekuatan Tentara Nasional Indonesia yang telah "dikebiri". Dengan anggaran yang terbatas Tentara Nasional Indonesia dituntut untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Sabang sampai Merauke dan dihadapkan pada sebuah kenyataan mengenai perkembangan Alutsista negara-negara lain yang semakin canggih.

Sudah saatnya Pertahanan dan Keamanan menjadi prioritas utama Pemerintahan SBY-Boediono 5 tahun kedepan. Dan masalah Alutsista bukan hanya menjadi permasalahan dan tanggung jawab Tentara Nasional Indonesia sendiri, tetapi juga Pemerintah dan Parlemen.

KEMBALIKAN KEKUATAN TNI...
BAGI PIHAK YANG MENGHALANGI PERKEMBANGAN KEKUATAN TNI BISA KITA KATAKAN SEBAGAI PENGKHIANAT BANGSA...!!!!!

Thursday, October 15, 2009

Antara Politikus dan Negarawan

Bapak-bapak yang diatas sana tuh bener-bener aneh. Dulu bilangnya pemerintahan yang baik harus didukung oleh parlemen yg kuat, sekarang ketika Demokrat dan koalisinya menduduki pemerintahan dan menguasai parlemen, kalian mengatakan ketakutannya akan munculnya rezim otoriter.
Itulah politikus...hari ini bicara "satu" besok pasti bicara "dua".
Kadang untuk mencapai tujuan politik...politikus sampai rela menelan ludah sendiri..
.

Itulah kenapa politikus selalu gagal untuk menjadi pemimpin, beda dengan negarawan...
Negarawan selalu bisa menempatkan dirinya dalam berbagai situasi...
Negarawan selalu memikirkan rakyat..
dan Negarawan selalu mengambil kebijakan atas nama rakyat..

Politikus bebas bicara...
Negarawan sekali bicara harus bisa dipertanggung jawabkan..

Politikus bebas bertindak...
Negarawan harus bisa mengkalkulasikan untung rugi tindakannya demi rakyat

Negarawan menggunakan politik untuk mencapai tujuan negaranya...
Politikus menggunakan negara untuk mencapai tujuan politiknya..

Bentrokan Antar Mahasiswa UPN dalam Perspektif Realisme

Rabu 14 Oktober 2009...

Peristiwa memilukan sekaligus memalukan terjadi di kampus tercinta UPN "Veteran" Yogyakarta.
Terjadi bentrokan antara mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan Fakultas Tehnologi Industri (FTI). Tawuran dipicu kesalahpahaman antarkelompok mahasiswa masing-masing fakultas, ada yang bilang masalah organisasi kemahasiswaan..ada yang bilang masalah wanita. Ini terjadi sejak kemarin. Sejumlah mahasiswa FISIP tak terima kampus diserang karena sejak kemarin masing-masing pihak telah membuat kesepakatan bermaterai untuk berdamai.

Dalam sejarah UPN, baru kali ini terjadi konflik yang memanas antar fakultas. Dan demi menjaga suasana agar lebih kondusif, mahasiswa FISIP dan FTI akan diliburkan selama 2 hari, hingga Jum'at mendatang. Selain itu, akan dilakukan pula mediasi-mediasi antar pihak yang bertikai. Dalam hal ini akan melibatkan Wakil Rektor I untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Sebenarnya apa pemicu terjadinya bentrok? Berdasarkan informasi yang beredar di kalangan mahasiswa menyebutkan bahwa bibit konflik muncul pada saat BEM FTI mengadakan makrab dengan mengundang BEM-BEM di UPN "Veteran" Yogjakarta. Pada acara tersebut muncul insiden kecil yang terjadi antara salah satu anggota BEM FTI dengan anggota BEM Fakultas Teknologi Mineral (FTM). Melihat kejadian tersebut, BEM FISIP berniat melerai keduanya. Tapi niat baik itu, ternyata disalah arti-kan oleh BEM FTI, dan menganggap bila BEM FISIP mendukung BEM FTM. Sejak itu, seolah muncul bibit dendam pada BEM FISIP. Apalagi letak gedung FISIP dan FTI yang memang bersebelahan, membuat potensi gesekan konflik semakin tak terbendung.

Menurut salah satu media cetak...saat dikonfirmasi, Sekjen BEM FISIP Aryo Hari Prasetyo menyatakan bahwa konflik yang terjadi sebenarnya bermula dari masalah pribadi, yang akhirnya merembet sampai tingkat organisasi. "Pada dasarnya kami menganggap bahwa permasalahan sudah selesai satu hari sebelumnya. Saya kira, kejadian ini dipicu oleh oknum mahasiswa yang tidak bertanggungjawab saja," kata Aryo. Saat kejadian, dirinya masih mengikuti kuliah di dalam kelas saat penyerbuan ke kampus FISIP itu terjadi. "Karena sudah ada perjanjian damai, maka kami lebih bersifat bertahan dan tidak melakukan penyerangan sama sekali. Hanya saja, saat ada yang melempar batu ke kantor BEM FISIP, memang ada teman kami yang mengejarnya sampai ke FTI. Tapi itu juga tidak tertangkap," jelasnya. Untuk kedepannya, Aryo mengaku bahwa pihaknya akan lebih waspada dan berhati-hati. Karena ternyata perundingan yang telah disepakati gagal total dengan terjadinya aksi tawuran ini.

Penulis sebagai alumnus FISIP UPN "Veteran" Yogyakarta sangat merasa kecewa dengan tindakan kedua belah pihak...bayangkan saja...kita makan di kantin yang sama, lewat di jalan yang sama, main basket di lapangan yang sama..tapi kenapa!!!???

Kalo masalah bentrok2an gini penulis jadi ingat suatu teori dalam Ilmu Hubungan Internasional...Teori Realisme.
Apakah ini suatu fenomena yg bisa dilihat dalam perspektif realisme..tapi apa benar kaum realis adalah kaum yang suka kekerasan???


Inti dari realisme adalah Statism,Survival, dan Self-help..

Secara umum kaum realis berkeyakinan bahwa suatu hubungan/interaksi antar negara harus diatur sesuai sifat alami negara dan sifat alami manusia. sifat alami manusia sendiri menurut realis adalah memenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun harus dilakukan dengan berkompetisi. sedangkan dalam suatu kompetisi kadang berjalan tidak sehat, sehingga seluruh potensi ato pun kekuatan juga akan digunakan dalam merebut resource yang dibutuhkan/cita2, yakni akal dan otot..sehingga munculah anarki..(anarki sendiri kata Pak Nikolous Loy (dosen penulis) adalah kondisi dimana tidak adanya kekuasaan tunggal/pun kolektif yang dapat mengatur negara-negara)

Intinya, kalangan realis adalah kaum yang sangat hati2 dalam mengambil tindakan dan selalu waspada dalam menjalani kehidupan..tapi bukan menggunakan kekerasan sbg satu2nya jalan..

Berdasarkan hal tersebut..bentrokan yg terjadi di kampus dapat disimpulkan bahwa:
Sifat alami dari manusia yang ingin mencapai tujuan hidupnya..dalam hal ini adalah pencapaian jati diri (ada yg bilang bentrokan diawali dengan masalah keorganisasian..ada yg bilang lg masalah wanita)..nah dalam menjalankan tujuan tersebut ada gesekan2 dengan pihak lain..sehingga individu tersebut menggunakan segala cara dalam mencappai tujuannya yaitu dengan mengerahkan potensi yg ada..sehingga munculah kejadian yg memilukan dan memalukan tsb..

Wednesday, October 14, 2009

Pemerintahan Tanpa Oposisi

Betapa suatu model pemerintahan baru..dimana presiden SBY merangkul semua komponen yg ada (termasuk di parlemen) dengan tujuan membangun negara lebih baik..tapi masalahnya pemerintahan tanpa oposisi sangat memungkinkan terjadinya rezim otoriter..dimana semua kebijakan presiden selalu direstui parlemen.

Pertanyaannya enak gak sih pemerintahan tanpa oposisi?siapa yg menjalankan fungsi pengawasan jika parlemen lemah?

Sebenarnya kita gak usah terkejut dengan pemerintahan tanpa oposisi...kita udah pernah mengalaminya sejak jaman Soekarno dulu..dimana Soekarno dg Nasakom nya berusaha menyatukan kekuatan yg ada..
Sedangkan jamannya Soeharto dipersatukannya kekuatan tp dengan paksaan. Yaitu dengan mengkerdilkan sistem politik kedalam 3 partai saja..

Jadi lebih baik..saatnya kita harus punya oposisi...dan pemerintahan harus ada oposisi... dan parlemen harus menjalankan fungsi pengawasan dg baik..tapi coba dipikir..selama ini kaum oposan kita sering mencari2 kesalahan pemerintahan yg berkuasa..tujuannya apalagi kalo bukan memenangkan pemilu di masa mendatang.. Oposisi kita belum cukup dewasa untuk berpikir bagaimana membangun bangsa ini meskipun berbeda jalan yg ditempuh dengan rezim yg berkuasa..agak aneh memang..tapi begitulah kenyataannnya..

Jadi bukannya saling mengisi dan saling mengingatkan jika pemerintah keluar dari UU yg dijalankan..tetapi berusah untuk menyalahkan dan mencari kesalahan pemerintah..untuk mencapai tujuan politiknya sendiri..

Suara Rakyat

Di negara demokrasi suara rakyat adalah suara Tuhan..tp betapa di negara demokrasi seperti Indonesia, suara rakyat hanya berguna ketika Pemilu.. Sesudahnya..NOL BESAR...
Jangankan mendengar suara akar rumput tentang ketidakadilan..sekedar memprotes begitu...mahalnya pelantikan mereka yg membutuhkan suara rakyat saja hanya dianggap angin lalu..

Bocah Petualang: Sebuah Potret Kemiskinan

Si Bocah Petualang yg ditayangkan tiap hari, sebenarnya bersifat edukatif ato apa sih? Kok rasa2nya sbenarnya kalo acara tersebut menggambarkan potret kemiskinan bangsa kita.. Anak2 disana digambarkan bermain riang gembira..tp kita gak tau kalo orang tua mereka menangis di rumah karena kebutuhan ekonominya..
Sungguh suatu ironi, kemiskinan dikomersilkan besar2an dg anak kecil sbg kamuflase.

Sebuah potret kehidupan dimana mereka masih berjuang dengan segala keterbatasan...baik keterbatasan yg disebabkan kehidupan ekonomi keluarganya tsb maupun keterbatasan akibat kurangnya perhatian pemerintah terhadap daerahnya si bolang tsb. keterbatasanya gak diseksplor secara mendetail..hanya kehidupan anak2nya saja..
Hanya saja..kalo kita mau melihat lebih dalam..inilah sesungguhnya kehidupan masyarakat kita yg masih jauh dari kemakmuran.

Susahnya Jadi Presiden

Suatu ketika presiden Indonesia dengan gagah berteriak dg lantang:
"Kita akan menasionalisasi semua perusahaan migas di Indonesia..semua demi rakyat!!".
Sampai rumah presiden Amerika menelpon:
"Cak yo opo awakmu iki?ngomong sakenake dewe ttg nasionalisasi..awas yo... pilih mana?nasionalisasi,opo negaramu tak embargo".
Esoknya berkatalah kpd rakyat ttg pembatalan nsionalsionalisasi.
Itulah presiden..hrs bs mengkalkulasi untung rugi sebuah kebijakan.

R2 Disebelah Kiri???

Mananggapai peraturan Polda Jatim tentang R2 di lajur kiri...
Ya maaf pa polisi kalo kita (pengendara motor) masih saja melanggar marka dengan menerobos jalur sebelah kanan.. Sebenarnya kebijakan utk motor disebelah kiri memang bagus pak..tp dg kondisi jalur motor yg sempit,bus & angkot dijalur kiri..volume... motor semakin banyak..otomatis membuat kita "dg sengaja" menerobos marka..apalagi di jam2 sibuk. Jadi..perbaiki infrastruktur dulu..baru kt bicara RESPONSIBLE RIDING..

Revitalisasi Pertanian

Betapa berubahnya pedesaan sekarang ini..dulu ketika pulang, sepanjang Jalur Sby-Madiun-Solo-Jogja terbentang sawah hijau nan indah..sekarang berganti dg bagunan pabrik,perumahan,toko2,dll Halo..pemerintah???gmn dg Revitalisasi Pertanian yg kau dengung2kan bertahun2 yg lalu?masih adakah niat kalian utk memajukan sektor pertanian?? gak lucu klo negara ini sbg negara agraris tp lahan pertanian dg gampangnya dialih fungsikan..

Revitalisasi Pertanian sangat diperlukan kalau kita ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya kalangan petani..karena dengan pertumbuhan ekonomi disektor bawah..dalam hal ini pedesaan yg mayoritas penduduknya adalah petani..maka pertumbuhan akan merembet ke atas (kota)..contohnya meminimalkan urbanisasi yg semakin lama semakin membuat kehidupan di kota tidak ideal..

Bagimana caranya? cara simpel adalah dengan memperketat ijin pengalihfungsian lahan2 pertanian yg ada di pedesaan..malahan kita justru harus menambah lahan2 tersebut..selain itu masalah kelangkaan pupuk, infrastrukutr yg mendukung pertanian seperti jalan, jembatan, irigasi dan air bersih juga perlu diperbaiki..

Negara kita ini belum siap untuk maju meninggalkan brand negara agraris..karena dari sektor itulah kita bisa bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi.. Wilayah..masyarakat..dan budaya Indonesia memang mendukung untuk menjadikan sebagai negsra agraris yg besar..hanya saja perhatian pemerintah terhadap pertanian kurang..

Semoga Kabinet baru yg pimpin oleh Doktor Pertanian ini bisa memoderinsasikan pertanian dan menjadikan petani sebagai profesi yg diperhitungkan..

Indonesia dan G-20

Bukannya pesimistis..tapi apa bener Indonesia bisa memainkan perannya sbg anggota G-20??? Mengingat pengalaman negeri kita ini yg tidak mempunyai bergaining position ketika menjadi anggota organisasi internasional sebelumnya seperti: Anggota Tidak Tetap DK PBB,ASEAN,OPEC,APEC… Bisa gak ya?

  1. Indonesia menjadi anggota tidak tetap DK PBB tp tidak bisa menggunakan hak suaranya dalam menolak sanksi PBB terhadap Iran terkait program nuklir Iran dan memilih abstain.
  2. Indonesia mnjadi anggota OPEC yg harusnya menjadi pengekspor tp menjadi negara pengimpor minyak..dan akhirnya keluar..
  3. Indonesia merupakan negara berprngaruh di ASEAN tp tidak mempunyai pengaruh (ato kemauan) untuk menekan Myanmar dalam kasus Aung san sukyi..
  4. Indonesia ketika di APEC tidak membawqa dampak positif bagi indonesia sendiri…

MENHAN dan MENDAGRI Dari Militer

Ada yg bilang kalo Mendagri jangnn lagi dari militer. Sekarang itu jamannya supremasi sipil, jadi pembuat kebijakan ada di tangan sipil,salah satunya dalam bidang pertahanan & stabilitas keamanan…tapi masalahnya di negeri kita ini sedikit sekali sipil yg mengerti masalah militer dan Hankam. Apakah sebaiknya Menteri Dalam Negeri TETAP dijabat oleh Purnawirawan TNI & Menteri Pertahanan KEMBALI dijabat oleh Purnawirawan TNI saja??

Menhan dan Mendagri adalah jabatan strategis..pengganti Presiden jika Presiden dan Wapres tidak ada.a.jadi harus dijabat oleh orang2 yg berpengalaman dan berkompeten dalam menjamin keamanan dan stabilitas nasional…

Ada yg bilang peran Mendagri sekarang tidak perlu dibebani dengan isu territorial..jadi tidak perlu dari kalangan TNI..wah..apakah kita benar2 sudah terjamin keamanannya?
Semangat otonomi,desentralisasi, sebenarnya malah membuat keamanan menjadi rapuh. Ambil contoh..masalah pemekaran wilayah yg bisa menimbulkan konflik dan menjadi suatu ancaman internal bagi Negara ini..disinlah peran Mendagri sangat besar untuk menjamin stabilitas nasional.

Begitu juga dengan Menhan…apa hasil yg diraih Menhan yg dijabat sipil saat ini? Kebijakan pertahanan kita khususnya mengenai Alutsista membuat kita miris…bahkan untuk Asia Tenggara saja kita kalah dg Malaysia dan Singapura..

Pemikiran orang sipil dengan militer itu beda..bagi militer NKRI adalah harga mati.…tidak ada kepentingan lain yg bisa mendikte..mereka telah disumpah untuk melindungi negara ini dengan jiwa dan raganya…bagi mereka tidak ada kata menawar ato menolak..yg ada hanya “Siap…Laksakan!!!” Mental itulah yg tidak dimiliki oleh orang sipil..meskipun orang tersebut misalnya telah belajar masalah Hankam lewat jalur akademik.

Jadi alangkah baiknya jika jabatan stategis itu tetap dijabat oleh Purnawirawan TNI..dengan sayarat pribadi yg dipilih adalah seorang Tentara Profesioanal

Akhirnya kembali kepada SBY…semoga beliau memilih menteri yg benar2 kompeten dalam bidangnya dan tidak ada intervensi dari kelompok kepentingan manapun.

Dari Reformasi Kembali Ke Otoriter

Apa hasil dari reformasi selama ini??? Gak ada..tiap kali negara menjalankan kebijakan selalu terbentur oleh teriakan reformasi, HAM, dll.. Bangsa Indonesia beda dg bangsa lain yang rakyatnya sadar akan peraturan..di Indonesia harus ada pemaksaan. Sudah sepantasnya…negara memiliki kekuatan dan kewibawaan..negara membutuhkan pemimpin yg otoriter,rezim yg berkuasa absolut,dan negara harus melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya.

Budaya kita tidak mendukung untuk menjadi negara demokratis…negara yg patuh thd peraturan.

Jangan samakan kita dengan negara-negara di Eropa yg rakyatnya begitu mematuhi peraturan..karena mereka adalah negara penjajah…ingat kita ini bangsa yg ratusan tahun terjajah…jadi segala peraturan harus dibarengi dengan ancaman agar dipatuhi…dan rakyat harus dibuat takut.

Reformasi membuat negara seperti tidak ada harganya..semua harus dibuat transparan…padahal negara harus memiliki rahasia…harus memiliki wibawa…apa jadinya jika semua rakyat mengetahui rahasia yg dimiliki negara…negara akan menjadi rapuh…dan mudah dihancurkan oleh negara lain.

Kita sebenarnya jatuh terperosok kedalam lubang yg namanya reformasi..reformasi emang bagus tapi kalo terperosok kedalamnya bisa bahaya..

Daripada reformasi yg kebablasan…kenapa gak kembali rezim sebelumnya…meskipun otoriter tp dapat menjamin tegaknya NKRI…tdk ada secuil tanahpun yg lepas dari wilayah kita…peraturan adalah harga mati…separatis dibantai…gerakan fundamentalis dihajar…negara mempunyai power untuk mengatur rakyatnya…negara lain hormat kepada kita…dan negara mempunyai wibawa…

Coba bayangkan dengan alasan keterbukaan arus informasi…kita diam saja melihat moral generasi kita menjadi bejat..sapa yang disalahkan???pemerintah???

Dengan alasan kebebasan berpendapat…muncul demo2 separatis…gerakan radikal…mengkritik pemerintah seenak mereka…membakar foto presiden…dimana wibawa pemerintah????

sudah saatnya kita berpikir apakah reformasi seperti ini yang pantas bagi Indonesia??

Amerika yg negara demokrasi saja demokrasinya tidak seperti demokrasi di Indonesia pasca reformasi…

Memacu Adrenalin Dengan Gempa: Sepenggal Kenangan Gempa Jogja 27 Mei 2006

Liat gempa Padang..jadi ingat pas Gempa Jogja 27 Mei 2006 silam..

Masih ingat benar kejadian itu…

Sabtu, 27 Mei 2006

Saat itu sejak pukul 05.00 pagi penulis sedang berada di warnet Trinity di Jl Tambakbayan..tapi dulu namanya bukan Trinity deh..gak tau lupa namanya..yg diseberang Jl Solo itu lho… Pagi itu penulis sengaja ke warnet untuk cari bahan tugas..rancananya kan siang itu penulis janjian ma teman2 ke kampus untuk ngerjain tugas… Termasuk aneh juga…padahal sebelumnya kalo sabtu pagi penulis biasa tidur sampe siang..tapi pagi itu setelah sholat Subuh penulis langsung ke warnet naik sepeda. Sekitar pukul 05.55…penulis selesai dan bermaksud membayar.. “Berapa mas?” Tanya penulis...“1500…” Jawab yg jaga warnet.

Belum sempat membayar tiba2…terasa getaran yg mulanya agak kecil…lama kelamaan semakin kencang dan semakin kencang… Sontak saja penulis keluar dan diluar semakin keras…terdengar bunyi bergemuruh..tapi gak tau darimana asal bunyi tersebut… Saat itu diotak penulis terpikir untuk kembali untuk masuk ke dalam warnet mengingat disekitar penulis berdiri…atap2 rumah berjatuhan..tapi setelah melihat kondisi warnet, penulis mengurungkan niatnya…jujur..saat itu perasaan bingung melanda penulis…mau cari mana tempat yg aman..akhirnya penulis lari ke tengah2 jalan Jogja-Solo…dari arah Mirota yg jaraknya sekitar 100 meter dari penulis terlihat Bus Eka kehilangan kendali hingga berbelok2..dan sepeda motor berjatuhan…wuih… Terasa lama banget getaran keras itu…tidak henti2nya penulis berteriak mengucapkan doa… Ketika getaran mulai mereda..penulis sudah duduk di marka di tengah jalan tersebut…kemudian tukang becak diseberang jalan berteriak..

“Mas..mas awas ojo neng kono (mas..mas awas jangan disitu..)" Sambil menunjuk baliho di atas penulis…penulis langsung lari ketakutan melihat baliho besar yang masih bergoyang2… Setelah agak tenang…penulis masuk ke dalam warnet untuk membayar..dan kondisi di dalam sangat kacau..semua computer berjatuhan dan tertimpa plafon..setelah membayar…pulang… Sepanjang jalan warga semua tumpah ruah ke jalan..terlihat sekeliling rumah2 roboh..ada yg rata dengan tanah… Kemudian penulis sengaja lewat atas jalan layang Janti untuk melihat kota Jogja dari atas..dari kejauhan terliha asap mengepul..mungkin kebakaran… Sampai dirumah penulis mendapati rumah dalam keadaan sepi..semua perabot berjatuhan dan berserakan…terlihat retakan dimana2…penulis lalu ke dapur semua berjatuhan termasuk tabung LPG..sehingga penulis lari (takut meledak). Penulis lalu pergi ke lantai atas…tandon air, dan pot2 tanaman semua berjatuhan..sedang melihat2 tiba2 terasa getaran lagi..sehingga penulis lari menuruni tangga dan keluar rumah…

Tsunami

Sekitar pukul 09.00 penulis beserta paman membereskan lemari yg berisi perabot kaca yang semuanya pecah dilantai atas…tiba2 terasa gempa lagi..sehingga membuat kami berdua lari keluar rumah… Tidak lama kemudian…dari arah Ring Road Selatan semua orang berlarian kearah utara…orang2 meneriakkan “Air naik..air naik…Tsunami..Tsunami…” Hah!!! Jujur bukan main takutnya penulis saat itu…(teringat saat Tsunami di Aceh)..semua orang panik semua berlarian…akhirnya kami memutuskan untuk berlindung di masjid yg letaknya hanya beberapa meter..saat lari ke masjid…ada sebuah mobil Panther yg berisi keluarga..seorang ibu berteriak kepada penulis.. “Mas..mas tolong setir mobil ini..” “Gak bisa bu…” Jawab penulis sambil lari.. Penulis melihat kursi kosong di kursi kemudi..ternyata si sopir lari meninggalkan keluarga tersebut untuk menyelamatkan diri… Setelah sampai di masjid semua warga berkumpul dilantai dua sambil melihat jalan yg mulai ramai…tiba2 gempa susulan dating..sehingga membuat masjid bergoyang..dan semua warga berhamburan turun dan keluar..takut masjidnya roboh…akhirnya semua menuju lapangan… Beberapa lama menunggu disana akhirnya ada seorang relawan menggunakan motor Harley memberikan pengumuman bahwa tidak ada Tsunami dan itu hanya isu…Huhhh Syukur ya Allah… Akhirnya tiap jam di hari itu diwarnai dengan gempa susulan..sehingga semua warga memilih untuk tetap berada diluar…

Malam hari…

Masih berada diluar dan menggelar tikar…semua memutuskan untuk tidur diluar…dan makan makanan seadanya… Jam 23.30..datang pak RT..beliau mengumumkan katanya nanti tepat pukul 00.00 akan ada gempa besar..lebih besar dari gempa di pagi sebelumnya…seluruh warga dibangunkan…memang ada gempa tapi skalanya kecil…dan masih tiap jam dengan gempa susulan…

Hujan

Pukul 01.00 dini hari…Hujan… Akhirnya keluarga memutuskan tidur di masjid…masih dengan gempa susulan tiap satu jam… Ketika Sholat Subuh..terjadi gempa…tapi semua tidak panik..mungkin semua sudah pasrah…Mungkin mereka bersyukur jika mereka harus mati..mereka sudah dalam posisi Sholat…

Mencari Kakak

Keesokan harinya…penulis bermaksud mencari kakak penulis yg pasca gempa tidak bisa dihubungi…memang sejak saat itu semua alat komunikasi tidak bisa digunakan…setelah mengetahui keadaan kakak yg katanya ibu kostnya tidak apa2 dan katanya ke Wonosobo..penulis pulang kerumah (belakangan diketahui ternyata kakak berlindung di kampusnya). Beberapa hari sesudahnya masih diwarnai dengan gempa susulan…meskipun dengan skala kecil..tetap saja warga ketakutan…dan beberapa malam sesudahnya tetap tidur diluar…

Bantuan Datang

Hari2 kemudian bantuan mulai datang…mulai dengan mie instant dan biscuit…tiap rumah di daerah Wonocatur mendapat 3 kardus mie instant dan biskuit (sebenarnya lebih tapi selebihnya diberikan kepada tetangga2)..jadilah tiap hari..mie instant selalu menemani santap makan… Khusus mie instant bantuan dari pemerintah Australia terasa agaka hambar…sampai sampai beberapa bulan kemudian mie tersebut masih ada dan tidak ada yg memakannya…

Jadi Relawan

Gempa yg melanda Yogyakarta dan sekitarnya membuat mahasiswa2 yg menempuh studi dikota itu menjadi relawan gempa…bahkan kampus penulis mengirim mahasiswa untuk menjadi relawan sebagai pengganti Kuliah Kerja Nyata (KKN)…mereka diterjunkan di berbagai pelosok Yogyakarta dan sekitarnya…(penulis tidak mengambil KKN Gempa karena sebelumnya penulis sudah mantap untuk Magang…bukan KKN). Pada saat itu penulis diajak salah seorang teman membantu organisasi kemanusiaan dari Turki…mereka membangun posko di daerah Pleret, Bantul…tugas pun diemban penulis sebagai YANG MEMBUNGKUS NASI BUNGKUS…mereka memasak berkilo2 daging sapi..seperti rendang tapi bukan rendang…gak tau lupa namanya apa…dan dibagikan kepada korban gempa… Ada kenangan menarik ketika menjadi relawan dengan orang2 Turki…ternyata yg menjadi koki adalah perwira polisi bintang tiga…ketika terjadi tsunami di Aceh beliau juga menjadi juru masak disana…begitu ada gempa di Jogja..beliau berada di Jogja…

Gempa Susulan lagi dan lagi…

Berapa bulan sesudahnya..Yogyakarta selalu diwarnai dengan gempa kecil2an…peristiwa yg jarang pernah terjadi sebelumnya… Suatu kenangan yg penulis tidak bisa lupakan seumur hidup… Semoga kita semua selalu mendapat perlindungan dari Yang Maha Kuasa… Amin…