Pages

Wednesday, May 12, 2010

Hamparan Bintang

Ditempatku sekarang langit malam selalu berwarna merah.
Tidak bosankah dengan langit yang selalu memerah???

Ditempatku dulu hamparan bintang selalu disuguhkan begitu matahari terbenam.
Pada waktu itulah teman-teman sering mengepakkan sayapnya dan terbang tinggi untuk melihat hamparan bintang tersebut lebih dekat.
Tapi aku lebih suka berbaring di bukit padang rumput dengan sayap terkepak, sambil menengandahkan kepala ke langit ke atas.
Karena saat melihat langit dengan hamparan bintang itulah aku bisa seakan bisa melihat alam semesta.

Aku kenal gadis cantik berambut panjang...
Anggie namanya...dia berasal dari suku Elder.
Dia itu dewi yang sedang dalam proses berubah menjadi bidadari.
Entahlah ketika nanti sudah berubah menjadi bidadari apakah aku masih bisa bersamanya atau tidak...
Setiap malam ketika hamparan bintang membentang di langit dia selalu menemaniku...

"Tunjuk 1 bintang untuk Nggy?" pintanya suatu malam kepadaku.
"Coba Nggy liat yg itu..??? aku menunjuk sebuah bintang di langit utara..
“Baguskan? warnanya merah tapi kadang berubah menjadi hijau, biru dan putih. Nggy mau??sebentar aku ambilkan ya? Nggy tunggu aja disini..."

Kukepakkan sayapku. Lalu aku terbang ke langit...

"Ini bintang buat Nggy..simpan baik-baik ya? jangan sampai padam..." kataku.
"Kalo nggy sedang kehilangan arah...coba deh keluarkan bintang ini, mungkin cahayanya bisa membuka jalan. Kata peri yang menunggui bintang ini...jika orang yang memiliknya menangis...katanya dari dalam bintang ini muncul akan muncul Peri Pemetik Air Mata yang bisa menghapus kesedihan...jadi usahakan jangan sampai redup ya..." pintaku kepadanya.


Misteri Kematian

Siloam Hospital
Terbaring sakit meregang nyawa.
Maut merambat dari ujung kaki sampai ke lutut.
Sunyi menyelimuti ruangan.
Aroma kematian menyeruak masuk ke dalam hidung.
Aku menghibur diri dengan mngatakan "bukankah semua pd akhirnya akan mati?"

Lalu...
Berdirilah ia disampingku memandangku penuh iba, syukurlah setidaknya aku tidak menanti kematian dengan kesepian.
Tapi siapakah dia?
Lamat2 aku mengenal wajah keriputnya.
Yang ternyata nenekku yang meninggal 10 tahun lalu.

Wufff...
Berimajinasi tentang kematian. Karena tidak ada yang tahu bagaimana rasanya ketika kematian menjemput kita kan?
Bagaimana rasanya perlahan-lahan nyawa kita hilang?
Bagaimana rasanya ketika jantung kita berhenti berdetak?
Nafas kita tersenggal dan mati...
Sakitkah atau gimana rasany kah?
Jadi mencoba2-coba berimajinasi tentang saat-saat kematian datang menjemput.
Karena kematian adalah misteri yang tidak terpecahkan oleh akal pikiran manusia.

Teori Kekekalan Roh

Dia tercipta pada saat yang sama dengan terciptanya tubuh.
Setelah itu, dia mempunyai kehidupan sendiri.
Kesatuannya dengan tubuh hanya bersifat sementara.
Banyak yg mempercayai dia itu kekal..tetapi kekalnya tidak seperti kekalnya Dia yang menciptakan.
Karena dia itu berawal tapi tidak berakhir...sedangkan Dia...idak berawal dan tidak berakhir.

Padang Pasir Yang Panas


Diawali dengan:
"Sudah...kita gak usah ketemuan lagi lah ya..."
Dan aku hanya tersenyum..
"Ya dah...ndak apa-apa.."
Aku terdiam menerawang...

Bukankah selama ini selalu begini? Pikirku...apakah yang harus ditangisi? bukankah ini hal yang biasa buatku..semuanya pergi meninggalkanku sendiri. Entahlah apa yang membuat mereka menjauhiku..sampe detik ini aku belum menemukan jawabannya. Pikirku ini pasti salahku..tapi apa? Teman...dimanakah aku harus mencari?
Kamu tau? selama ini aku mengibaratkan aku hidup di padang pasir yang panas dan sunyi..
Dimana tidak ada seorangpun didekatku...
Kesepian...
Selalu sendiri...
Dimana ketika aku haus..aku mencari sendiri sumber mata air...
Dimana ketika aku tersengat panasnya matahari...aku mencari sendiri tempat berteduh...
Dimana aku hanya melihat bayangan semu pepohonan yang rindang dan air yang menggenang...

Lalu..aku masih ingat..
Kamu datang...membawa sekuali air...
Memberikannya kepadaku dikala aku haus...
Dan ketika aku haus lagi...kamu selalu datang dan memberikanku segelas penuh...
Mengajakku ke padang rumput yang hijau dikala aku tersengat panas matahari...
Di padang rumput itulah kamu memberiku kerindangan diantara kupu-kupu beterbangan..

Dan sekarang ditempat ini...
Kamu mengucapkan kalimat yang mungkin seharusnya aku terbiasa mendengarnya..tetapi aku belum siap terucap dari bibirmu..
Kalimat yang membuatku tersentak..

Pikirku apa yang harus aku tangisi?
Tidak ada salahnya jika aku kembali ke tempat semula..
Padang pasir yang panas...
Dan berdoa agar semuanya hanyalah fatamorgana...
Karena disinilah tempat saya..
PADANG PASIR YANG PANAS