Pages

Tuesday, June 14, 2011

Benteng Angkuh Itu Kini Berlubang

Datang sinar binar semunar
Padahal dulu awut semrawut
Tersenyum menawar ranum
Padahal dulu getir nyeri duri
Kenapa???
Sungguh pertanyaan yang tak kusanggup menjawabnya

Ketika dulu aku melihatmu memagari hatimu dengan tembok angkuh laksana Benteng Fort Rotterdam aku telah menyiapkan hati sekeras baja agar jiwaku ini tidak rubuh.
Ketika dulu aku mendengar suara dentuman palu ketika engkau menancapkan plang bertuliskan "AKU TIDAK AKAN PERNAH MENERIMA CINTAMU" di benteng angkuh itu, aku mati-matian telah berlatih ilmu ikhlas.

Kini ketika jiwaku telah kokoh dan hatiku tertopang ikhlas..
Engkau malah datang membawa setangkup senyum ranum dan pandangan bunar semunar.
Kenapa?
Sungguh pertanyaan yang tak kusanggup menjawabnya

-------------------------

Kepadamu..
Semenjak hatimu tertutup rapat untukku, kita memang lama tak bertemu
Hingga di pesta tadi ketika jari jemari kita bersentuhan saat berebut sendok acar dan setelah itu kulihat sesekali engkau diam-diam melirikku dengan tersipu senyum ranum..
Saat itu pula aku menangkap basah kamu tengah mengendap-endap melubangi benteng angkuh itu..dan memandangiku melalui lubang yang kau buat sendiri..

Kenapa?
Salahkah aku jika aku menebak jika sebenarnya kamu..
Menyukaiku..

Sajak Sang Pungguk Merindu Bulan

Sayapku sayap durja
Tak terkepak hanya tersibak
Kutuk mengutuk teruntuk diri
Hanya bisa rebah serah di bumi

Murung menjadi muring
Kala Bintang gemintang datang
Mengecup kuncup mesra
Bulan
Bulan pun tersenyum ranum

Kampret!!
Aku cemburu
Tapi rindu
Kalo cemburu kenapa rindu?
Kalo rindu kenapa menyiksa diri?

Cemburu

Malam itu Cemburu mengetuk pintu.
Berkacak pinggang menantang dengan sebilah parang.
Kukatakan padanya aku dapat menerimanya.
Tak digubris hatiku langsung diiris.

"Hei Cemburu..kau datang seenaknya membuat dada ini bergemuruh. Tak tau adat!!!"
"Kau pikir aku tercipta dari apa? Kau suka dia kan? makanya aku datang ketika kaulihat dia dengannya"
"Aku masih dalam dekap cahaya rela. Camkan itu baik-baik!!"
"Goblok..jadi orang jangan selalu nerimo..dasar munafik!"
"Diam! Jangan ajak aku masuk jurang keterpurukan. Tak sadarkah kau kehadiranmu di setiap hati yang kau hinggapi membuat kami buta dan kalap!!!

Sejak malam itu Sangkakala berbunyi nyaring.
Genderang perang antara aku dan Cemburu ditabuh bertalu-talu.
Aku muak dengannya.

Cemburu..
Tak ubahnya laksana benalu
Beginikah selalu hidupmu?
Menggerogoti hati hingga layu..

Dada gemuruh..di malam sunyi lenyi



-------------
(Menikmati suasana kamar kost baru, pagi menghadap mentari terbit. Malam leluasa melihat purnama. Hmmmm semoga terus memberikan inspirasi)

Sang Tamu

Hari ini aku kedatangan tamu...
Sejak kemarin tampaknya dia sudah hilir mudik disekitar rumah kami.
Siang hari dia sekelebat datang dan menghilang.
Malamnya langkahnya berat terhuyung-huyung berderap hingga kaca jendela kamar bergetar.

Subuh itu ibu membuka pintu belakang.
Tamu itu mengintip dibalik rimbunan pohon kebun belakang.
Tiba-tiba semuanya menjadi sunyi.
Hembusan angin berhenti.
Dedaunan sontak diam.
Jangkrik pun enggan berderik.
Sontak semuanya membisu.
Begitu sunyi.
Begitu seram.
Ibu takut serasa ada yang mengawasi..buru-buru menutup pintu.

Hari itu setelah berhari-hari mengawasi rumah kami, akhirnya tamu tersebut datang juga ke rumah.
Mulanya dia mengetuk pintu. Tapi tak kubukakan. Karena aku sibuk menyuapi ayah yang sedang sakit. Sambil bercanda aku memberinya semangat agar beliau lekas sembuh. Kuceritakan padanya tentang betapa lucunya anak-anak kucing liar yang bermain di pekarangan rumah. Kuperlihatkan pula sekumpulan burung Prenjak berdasi yang hinggap dan bersiul-siul di pohon mangga depan jendela. Saat itu aku melihat mata ayahku berbinar. Dan beliau tertawa.

Belum habis sepiring makanan itu...tamu itu dengan tidak sopannya masuk. Ketika ia melangkah, seakan udara bergelombang dilibas jubahnya yang berwarna hitam pekat. Dan tanpa permisi ia mengajak pergi ayahku yang sedang sakit. Aku katakan padanya jangan ajak ayahku. Tapi dia diam.

Sementara ayahku, ayahku melihatku dengan mata redup.
Senyuman antara enggan pergi dan tak kuasa menolak ajakan tamu itu terlihat jelas di tirus wajahnya.
Matanya yang redup semakin redup ketika mereka sampai diambang pintu.
"Ayah..aku mohon jangan ikut dengannya" pintaku dengan mata berlinang.

Dan mereka pun pergi.

Aku tak kuasa menerima tamu yang baru saja mengajak ayah. Karena aku yakin bahwa ia adalah Tamu yang tidak ada satu orangpun yang mempunyai kuasa untuk menolaknya. Tamu yang datang sekenanya dan pergi dengan membawa setangkup udara kehidupan ketika secercah harapan dan semangat untuk sembuh terus membuncah di balik mata ayah. Tamu yang ditakuti oleh seluruh umat manusia.

Sambil berlalu..lewat suara angin yang berdesir dia memperkenalkan dirinya dengan membisikkan nama yang berlinang kesenduan: Kematian.

Iya...Kematian



----------
Sby, 10 May 2011

♥"I realy2 miss u dad..so much"
♥Yours♥
♥Papang Dany R