Pages

Thursday, December 11, 2014

Menikmati Kopi Papua Wamena dengan metode V60 Pour Over ala Le Cafe Gourmand

Masih dengan suasana cuti dan mendung-mendung malas, karena sebenernya mendung-mendung kayak gini cocoknya ya buat bermalas-malasan. Tapi kayaknya lebih enak kalo malas-malasannya di kedai kopi. Sambil nyeruput-nyeruput kopi lalu gerimis turun..waaahh syahdu banget tuh..

Umm kali ini saya nyoba di salah satu kedai kopi favorit saya di daerah barat Surabaya. Namanya Le Cafe Gourmand, kedai kopi ini menggunakan Perancis sebagai tema nya, baik menu maupun segi interiornya, bahkan lagu yang mereka puter lagu-lagu Perancis semua.



Kenapa saya suka dengan kedai kopi ini? karena kedai kopi ini menyajikan single origin coffee dari Indonesia, seperti Sumatra Gayo, Papua Wamena, dan Bali Kintamani. Tau kan kalo Indonesia itu kaya banget akan keanekaragaman kopi. Dan kopi-kopi Indonesia sudah sangat terkenal di seluruh dunia bahkan gerai-gerai kopi luar negeri pun menggunakan kopi dari Indonesia, tinggal bagaimana kita orang-orang Indonesia ini lebih  mengenal kopi-kopi Indonesia. Dan Le Cafe Gourmand ini sedikit banyak membantu kita utuk lebih mengetahui kopi-kopi Indonesia tersebut.

Kali ini saya pesen kopi Papua Wamena, kopi ini sangat pekat sekali dengan tingkat keasaman rendah. Dari yang pernah kubaca, Kopi Papua Wamena bisa dikatakan kopi "langka", karena Papua sendiri sangat sedikit sekali menghasilkan kopi untuk ekspor, karena mungkin kurangnya insfrastruktur yang memadai. Bayangkan mereka menanam kopi ditempat yang sangat terpencil di daerah lembah Baliem, yang lokasinya hanya bisa ditempuh dengan jalur darat yg kadang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Tapi dengan lokasi yang di tengah hutan dan jauh dari modernsasi itu membuat cita rasa kopi Papua Wamena ini terasa menakjubkan.


Di kedai kopi ini ada beberapa metode untuk brewing kopi, seperti menggunakan syphon, cold drip, pour over, chemex dan aeropass, dan saya memilih pour over.
Metode ini sebenernya menurut saya paling ribet. Banyak sekali ubo rampe yang harus disiapkan, misalnya kopinya harus ditimbang dulu, paper filter nya harus dibasahin pake air panas dulu biar aroma kertasnya ilang, trus suhu air juga perlu diperhatikan. 

Jadi itu kan ada alat untuk Pour Over, namanya V60, bentuknya kayak kerucut dan diletakkan diatas cangkir. Lalu paper filternya diletakkan diatas kerucut dibasahin pake air panas didiemin beberapa detik. Trus kopi yang udah digrind diletakkan diatas paper filter tadi. Perlahan dituang air panas sedikit, diaduk perlahan, laLu dituang lagi. Nanti kopi hasil ekstraksi tadi akan keluar dan tersaring oleh pori-pori paper filter dan meluncur ke cangkir di bawahnya.



Metode ini membuat pahit di kopi berkurang. Ada yang mau? hmmmmm yummy


Wednesday, December 10, 2014

Kopi Aroma, Kopi Legendaris Dari Bandung


Hari ini kita ngopi Kopi Aroma yaaaa...

Pernah denger Kopi Aroma? bagi masyarakat Bandung Kopi Aroma sudah tidak asing lagi. Karena pabrik Kopi Aroma adalah pabrik kopi tertua di Bandung. Didirikan pada tahun 1930an di Jl Banceuy 51 Bandung, pabrik kopi ini masih mempertahankan mesin-mesin jadul pengolahan kopinya.


Saya pernah sekali mengunjungi pabrik Kopi Aroma tahun 2013 lalu. Tempatnya cukup sederhana bahkan kesan kuno sangat tampak sekali ketika kita melihatnya, dan tentu yang paling kusuka adalah aroma kopinya sudah tercium beberapa meter dari tersebut.



Kopi Aroma ini unik, karena diperlukan proses yang sangat cukup lama untuk menghasilkan kopi yang siap minum. Bayangkan mereka menyimpan kopi tersebut selama bertahun-tahun sebelum proses roasting. Untuk jenis Arabika mereka menyimpannya selama 8 tahun dan Robusta disimpan selama 5 tahun. Proses ini dilakukan untuk menurunkan kadar keasaman yang ada dalam kopi. Dan tentu saja akan meningkatkan cita rasa dari kopi tersebut.

Nah hari ini berhubung lagi cuti dan cuacanya lagi mendung-mendung jadi paling cocok kita nyeruput-nyeruput Kopi Aroma..

Kedai kopi di Surabaya yang menggunakan Kopi Aroma sebagai "induk" kopi dalam menu-menu kopi lainnya adalah Kopi Oey. Kopi Oey milik Pak Bondan Winarno ini memang sedari dulu konsisten menggunakan Kopi Aroma. Jadi untuk warga Surabaya jika ingin merasakan kopi legendaris tersebut wajib datang ke Kopi Oey dan pesan Kopi Toebroek Djawa, dan kalian akan mendapatkan segelas Kopi Aroma yang disajikan dengan cara tubruk.









Saturday, December 6, 2014

Kopi Lanang di Rollaas Cafe

Jadi karena terhasut oleh acara Coffee Story yang dipandu oleh Adi Taroepratjeka di Kompas TV, akhirnya aku "sedikit" memaksa tubuhku yang lagi kurang enak badan ini untuk mencoba incip-incip kopi.

Di episode tersebut Coffee Story membahas kekayaan kopi Indonesia khususnya di daerah Jawa Timur, propinsi tempat tinggalku. Mereka menggunjungi PT Perkebunan Nusantara XII dimana BUMN tersebut menjadikan kopi sebagai produk agrobisnis unggulan, karena wilayah Jawa Timur sendiri merupakan tempat yang bagus untuk budidaya kopi, baik arabika maupun robusta. Tidak hanya mengembangkan produksi kopi saja, PTPN XII ini juga mengembangkan bisnis di ranah hilir, yaitu dengan membuka gerai kopi untuk memasarkan produk unggulan mereka, yang mereka beri nama Rollaas Cafe, yang ada di beberapa mall di Surabaya seperti Cito, Tunjungan Plasa, dan Sutos.

Nah siang ini coba-coba masuk Rollaas Cafe yang di Sutos

Waktu kali pertama baca buku menu nya, kupikir aku akan menemukan daftar single origin coffee yg terdiri dari kopi dari bermacam-macam daerah di Indonesia, karena di acara Coffee Story tersebut, mas Adi Taroepratjeka sempet incip-incip berbagai macam kopi, bahkan sempat mengunjungi tempat di PTPN XII ini yang sedang mengembangkan kopi jenis Blue Mountain yang merupakan kopi termahal di dunia asal Jamaika..wow.. Gila ya..ternyata di Indonesia kopi jenis itu bisa dikembangkan.

Namun dalam daftar menu tersebut tidak ada yang kumaksud. Hanya ada Rollaas Black Coffee yang menggunakan jenis Java Coffee, selebihnya adalah menu-menu kopi seperti di cafe-cafe modern lain kayak Espresso, Capuccino, Cafe Au Lait, Latte, dll.

Setelah membolak-balik lembar buku menu akhirnya aku menemukan menu andalan mereka pada halaman terakhir, yaitu Rollaas Kopi Luwak Arabika / Robusta, Peaberry Coffee, dan Maragogype Coffee. Hmmm okee.. Mungkin maksud dari Rollaas Cafe ini bener-bener ingin memasarkan kopi asli Jawa Timur kali ya? Umm mungkin kali ya..
Jadi kuputuskan pesen Peaberry Coffee..

Ada yang tau Peaberry Coffee?
Oke Jadi Peaberry Coffee ato biasa disebut dengan Kopi Lanang. Lanang itu artinya Laki-laki dalam Latin, hahaha.. Kenapa disebut lanang, karena bijinnya tunggal dan bulat, tidak terbelah seperti biji kopi lainnya. Jadi kalo misal ada sesuatu yang TUNGGAL (jomblo) dan BULAT (gendut) berarti itu laki-laki sejati.. hehehe.

Kopi ini bukan merupakan varietas baru, tapi adalah hasil dari sortiran kopi. Dan susahnya tidak semua tanaman kopi menghasilkan kopi Lanang. Misal buat perbandingan aja, dalam 1 kg kopi, kandungan kopi Lanang-nya hanya sekitar 1/2 ons saja. Ini kenapa membuat Kopi Lanang bisa dikatakan langka dan agak mahal.

Dan keistimewaan Kopi Lanang ini adalah kadar kafeinnya tinggi banget, jadi cocok buat para "Lanang-lanang" untuk ronda di malam hari. hehehe

Yang menarik di Rollaas Cafe ini penyajiannya menggunakan syphon, mungkin untuk menciptakan karakter kopi yang smooth dan biar aroma kopinya menyebar kemana-mana. Secangkir Peaberry Coffe di Rollaas Cafe dihargai Rp 75,000,-


Ummm..dan aku sangat suka Kopi Lanang ato Peaberry Coffee ini, kira-kira mereka jual gak ya dalam bentuk biji/bubuk? Lumayan buat untuk di kantor..

Ntar kutanyaain deh..

Thursday, February 20, 2014

Plagiat itu Menyesakkan

Akhir-akhir ini lagi ramainya kasus dugaan plagiat yang menjerat Anggito Abimanyu, dosen UGM sekaligus pejabat di Kementerian Agama. Tulisan Anggito yang di koran Kompas diduga menjiplak karya tulis Hotbonar Sinaga dan Munawar Kasan di koran yang sama beberapa tahun sebelumnya.

Awalnya baca berita itu biasa aja, meskipun kasus plagiarisme itu hukumnya haram di kalangan akademik, tapi rasanya biasa aja. Toh gak ada hubungannya denganku. 

Aku sering menulis di blog ato di media sosial lainnya, itu karena hobi sih. Kadang kan kita butuh media untuk menyalurkan inspirasi kita, entah itu berupa tulisan, gambar, ato foto. Tapi selama ini gak pernah terbesit hasil dari karya kita ini dijiplak orang lain. Ya karna selain tulisan-tulisan yang kubuat gak penting banget dan gak ada alasan untuk kenapa harus dijiplak, jadi ya santai-santai aja.

Lalu tiba-tiba berubah pada sore ini.

Sebelumya aku kan pernah nulis note di selembar kertas lalu kufoto dan kuposting di media sosial, kayak gini:

Instagram:


Facebook:

Isinya: 
Seperti kopi
Yang membuatku jatuh cinta setiap hari dengan cara-cara yang tidak dapat kujelaskan.

Sebuah tulisan yang kubuat sore hari 23 November ketika asyik menikmati kopi.

Dan sore ini, aku baru tau bagaimana nyeseknya ketika tulisan kita, sesederhana apapun karya kita dijiplak oleh orang lain. Jadi pas liat-liat status dan profil picture di  BBM contact, aku tertarik pada gambar kopi. Pas tak gedein tuh gambar ada sebuah tulisan di samping cangkir yang membuat dadaku mak deg!! 

Nih ya penampakannya:


Sakit gak sih???!!!!
Baru tau plagiarisme itu menyesakkan. 
Walau tulisanku mungkin cuman beberapa baris, tapi kalo dijiplak juga menyakitkan. Dan lebih menyakitkan lagi ketika orang yang memajang foto itu bilang kalo tulisan dibuat oleh isterinya sendiri. Damn!!!!!

Tapi sebenernya susah sih ya untuk memprotect karya kita dari plagiarisme.
Perlu adanya kesadaran dan kejujuran dari orang lain yang ingin mengutip karya kita dengan mencantumkan sumber dari mana karya tersebut dikutip.

Tulisan yang secuil ini dijiplak nyeseknya bukan main, bagaimana ya dengan karya-karya ilmiah yang dijiplak?
Hmmm semoga plagiarisme dapat dimusnahkan dari muka bumi ini.


Sby, 20 Feb 2014

Papang Dany R
@ladangkopi