Jika ada yang menganggap kedamaian hanya ada dalam lagu Imagine-nya
John Lennon, itu tidak sepenuhnya benar. Coba kawan datang ke kampungku
jam 10 malam, sunyi sepi, hanya terdengar suara jangkrik (bacanya gak
usah pake tanda seru ya..) dan angin malam yang mendesis. Itu juga
dinamakan kedamaian lho…apalagi jika sore harinya turun hujan, aroma
segarnya masih membekas, dan coba lihat ke atas, hamparan bintang
berserakan di angkasa..wow..
Dan kedamaian yang paling
hakiki tentu saja ketika aroma kopi menyeruak masuk kedalam hidung
seperti sekarang ini..hehehe. Inilah saat paling indah kawan..menikmati
secangkir kopi ditemani semilir angin nan syahdu. Tapi jujur kali ini
pikiranku lagi buntu mau nulis apa? mungkin gara-gara semalam kejedot
pintu kamar mandi aku jadi tidak punya ide untuk meng-update blogku
dengan tulisan-tulisan gombal..grrrhh menyebalkan..
Baiklah
untuk menghabiskan waktu kuceritakan saja tentang masa kecilku di Hom
Swit Hom ini. Karena jujur saja ketika berada di rumah seperti sekarang
ini, aku selalu teringat masa-masa kecilku. Kenakalan dan kejahilan
bersama teman-teman kecilku menciptakan kenangan yang menakjubkan.
Bayangkan
saja, aku menghabiskan masa kecilku di sebuah barak militer nan jauh
disana. Sebuah tempat yang dikelilingi hutan, persawahan dan
perkampungan dengan kondisi geografis yang berbukit-bukit. Dengan
keadaan alam seperti itu, tentu saja alam bermurah hati dengan
menyajikan pemandangan yang menakjubkan. Hamparan persawahan membentang
dengan latar belakang pegunungan yang terlihat samar-samar di sebelah
Timur di pagi hari, pohon Cemara berseling pohon Jambu Mente berjejar
sepanjang jalan yang menanjak, serta di sebelah Barat tersaji
pemandangan hutan Jati dan pemukiman penduduk yang nampak dari
ketinggian.
Percaya atau tidak semasa kecil kami
membentuk kelompok bernama BOBIA (Best Of the Best Internasional
Association) hahahahah.. Kenapa pake nama itu mungkin dulu kakakku
tergila-gila dengan film Best of the Best-nya Andy Lau. Asal tau saja
kita punya markas juga lho.. markas kita disebuah Radar yang sudah tidak
terpakai lagi. Agenda kita tentu saja menjelajahi wilayah sekitar.
Berjalan melewati pematang sawah, naik turun bukit, berlarian dipadang
rumput, melompat-lompat menangkap Kupu-kupu atau Capung, hingga hal-hal
tidak terpuji yang tidak boleh ditiru oleh generasi muda seperti
mengambili ketela dan jagung milik petani setempat lalu membakarnya,
merobohkan gubuk dan menebas pohon-pohon ketela dengan pedang-pedangan
dari kayu..hahahahaha..
Dan setiap tempat yang kita
temukan dan kita anggap menakjubkan kita selalu memberi nama, Ini dia
nama-nama tersebut yang masih kuiingat:
1. Terowongan Lorong Waktu
Ini
terletak di ujung Lapangan Upacara, sebenarnya ini hanya jalanan
setapak yang kiri kanannya ditumbuhi tumbuhan perdu dan alang-alang yang
rimbun menyerupai terowongan. Seolah melewati lorong waktu sampai
diujung sana kita akan mendapati hamparan padang rumput yang luas.
2. Lembah Kupu-Kupu
Kurang lebih 200m sebelah timur Lorong Waktu. Sebuah padang rumput yang luas dengan ratusan / ribuan kupu-kupu beterbangan
3. Gurun Selancar
Gundukan tanah berkapur di sebelah utara rumah Pak Sumadi, sering kita buat perosotan.
4. Padang Golf
Padang rumput berbukit ditumbuhi pohon Waru, terletak di sebelah Barat dekat Letter L.
Ada
beberapa lagi sebenarnya, tapi aku sudah lupa namanya, misalnya setelah
kita melewati Terowongan Lorong Waktu kearah utara, kita akan mendapati
rimbunan bambu, ada setapak kecil yang menanjak..begitu kita
melewatinya kita akan mendapati padang rumput yang sangat luas dan
indah..
Hmmmm…..
Tapi sekarang
tempat-tempat itu sudah tidak ada. Hutan-hutan ditebangi. Pun padang
rumput dengan kupu-kupu berterbangan berganti menjadi areal persawahan.
Miris.. :(
Jika Andrea Hirata menyebut Edensor sebagai
negeri khayalan yang diciptakan untuk cinta sejatinya A Ling, maka tak
berlebihan jika aku juga menyebut tempatku ini sebagai Edensor sebagai
kenangan yang menakjubkan penuh kedamaian bersama kawan-kawan semasa
kecilku. (Walaopun sekarang sudah tidak ada lagi)
Hehe
Kebanyakan tulisan ini dibuat setelah atau sedang menandaskan secangkir / beberapa cangkir kopi.
Saturday, November 19, 2011
Sunday, November 13, 2011
Pelangi
Hujan..hujan..hujan..
Kepadamu coba dengar irama hujan.. Mengalir syahdu dari yang terdalam.
Butiran itu jatuh dan menggenang, lalu terkecipak ketika ribuan butiran lainnya menghujam.
"Coba lihat!! Wow..sajak-sajak mahabbah Haydes terlihat bercampur dalam butiran-butiran syahdu itu!!!"
"Tapi kenapa langit tetap panas, matahari tetap bersinar"
"Entahlah, mungkin penciptanya sedang meramu sebuah pelangi"
"Hmm pelangi ya? Apakah kamu juga dapat menciptakan pelangi untukku?"
"Untuk apa?"
"Aku menyukai pelangi, dulu sewaktu kecil aku ingin sekali menaiki dan meluncur di sebuah pelangi"
"Mudah saja, tapi bantu aku ya?"
"Caranya?"
"Kita hanya perlu mencampurkan setangkup air hujan dan segenggam sinar matahari dalam toples kaca"
"Oh iya? Wow..baiklah kalo begitu, karena aku sangat suka dengan hujan-hujan maka aku yang mengambil air hujannya ya? hahaha dan kamu bagian sinar mataharinya. okey"
"Baiklah, ayo kita mulai, tapi ingat pilih air hujan yang paling jernih biar hasilnya bagus"
"Sudah dapat air hujannya? Baiklah kita campur saja, tapi takarannya harus pas, agar warna bias yang dihasilkan oleh toples kaca jadi lebih indah dan menghasilkan pelangi dengan presisi lengkungan yang sempurna"
-----------
"Loh?? Kenapa hasilnya tidak seperti yang kita harapkan?? Apakah takarannya kurang pas ya? setelah kuitung-itung sesuai kok perbandingannya? Apakah kamu tadi mencampurinya dengan zat-zat lain?"
"Hmmm..maaf itu salahku, aku tidak bisa mengumpulakan setangkup air hujan yang jernih, jadi kucampuri saja air hujan yang kudapat dengan citrun biar kelihatan jernih, dan kucampuri dengan aneka pewarna, karena pikirku bukankah pelangi tampak indah apabila garis pembatas warnanya semakin jelas? Tapi yang aku heran kenapa tidak hanya warnanya saja yang rusak? kenapa bentuknya juga rusak?"
"Entahlah..mungkin itu juga salahku.."
"Maksudmu?"
"Jujur saja aku tidak memakai sinar matahari yang kudapat hari ini, tapi yang kupakai adalah sinar matahari yang kusimpan musim panas lalu. Dulu aku juga pernah membuat pelangi dengan seorang dewi. Aku mencintainya dan dia sangat menggilai pelangi seperti kamu. Jadi aku selalu menyimpan sinar matahari dalam toples agar ketika dia meminta sebuah pelangi aku dapat membuatnya. Dan ketika dia pergi sisa matahari itu masih ada. Karena dulu hasilnya sangat bagus jadi aku pakai saja hari ini untuk membuat pelangi denganmu. Maafkan aku. Seharusnya aku membuang jauh-jauh masa lalu ku"
"Ya sudah..kita buat pelangi baru lagi yuk? aku janji aku akan jujur dengan mengambil butiran air hujan paling jernih. Dan kamu..harus janji ya membuang jauh-jauh sinar matahari itu dan menggantinya dengan sinar matahari yang baru"
"Hahaha baiklah.. Hei itu..disebelah sana hujan turun dengan deras..lekas ambil butiran yang paling jernih sebelum reda. Sementara aku disini menyaring sinar matahari yang masih terik.."
-----
Dear Vanilla
Huhh..betapa aku sangat menyukai wanita yang menggilai hujan dan pelangi sepertimu. Akan aku buatkan pelangi yang paling indah buatmu, tidak hanya dengan setangkup air hujan dan sinar matahari dengan kualitas yang paling bagus, tapi dengan kejujuran dan kesanggupan untuk memulai hidup baru dengan membuang jauh-jauh masa lalu. Aku berharap kepada Yang Maha Tinggi untuk menciptakan kepada kami sebuah langit yang cerah mengharu biru, agar pelangi yang tercipta menjadi semakin indah.
Yours
Caramel
------
Papang Dany R
13 Nov 2011
Friday, November 4, 2011
Caramel and Vanilla
Pagi itu kamu tidak berada di sisiku ketika aku bangun dari tidur.
Aku hanya mendapati secarik kertas tertempel di pintu kulkas.
Apakah kamu bosan dengan semua ini?
Aku tidak pernah melarangmu untuk terbang bebas kemanapun kamu suka, tapi kita sudah berjanji untuk selalu bersama, jadi jika kau ingin menjelajah kemanapun kamu mau, ayo kita lakukan bersama.
Bukankah kita sedang menyelesaikan dunia kecil yang sedang kita buat? Dunia dimana tanpa ada seorangpun yang bisa memasukinya. Bukankah saat ini kita sedang sibuk berpikir mengenai takaran isi yang pas untuk dunia itu? Apakah lebih banyak diisi hamparan pantai atau jajaran pegunungan, padang savanah atau hutan hujan tropis?
Sayang…aku hanya ingin menghabiskan hidupku denganmu disana. Menjadi teman pembuka dan penutup hari-harimu, menyuapimu di kala sakit, menggendongmu ke kamar mandi ketika nanti kamu sudah renta tak mampu berjalan, dan tetap berada disitu menemanimu, tak akan kemana-mana.
Di dunia kecil yang kita buat, just you and me..
Yours
Caramel
Aku hanya mendapati secarik kertas tertempel di pintu kulkas.
“Aku lelah dengan ini semua, beri aku waktu untuk menenangkan pikiran”
---
Vanilla
Apakah kamu bosan dengan semua ini?
Aku tidak pernah melarangmu untuk terbang bebas kemanapun kamu suka, tapi kita sudah berjanji untuk selalu bersama, jadi jika kau ingin menjelajah kemanapun kamu mau, ayo kita lakukan bersama.
Bukankah kita sedang menyelesaikan dunia kecil yang sedang kita buat? Dunia dimana tanpa ada seorangpun yang bisa memasukinya. Bukankah saat ini kita sedang sibuk berpikir mengenai takaran isi yang pas untuk dunia itu? Apakah lebih banyak diisi hamparan pantai atau jajaran pegunungan, padang savanah atau hutan hujan tropis?
Sayang…aku hanya ingin menghabiskan hidupku denganmu disana. Menjadi teman pembuka dan penutup hari-harimu, menyuapimu di kala sakit, menggendongmu ke kamar mandi ketika nanti kamu sudah renta tak mampu berjalan, dan tetap berada disitu menemanimu, tak akan kemana-mana.
Di dunia kecil yang kita buat, just you and me..
Yours
Caramel
Mendung
Sore bergelayut mendung, Secangkir Kopi duduk terdiam di beranda
kamar. Menatap jauh ke gumpalan awan. Perlahan terpejam terbuai nyanyian
semilir sepoi angin. Aroma gerimis pertama bulan Oktober di daerah nan
jauh disana tercium, mengalir lembut menenangkan syaraf.
Kepadamu..
Kepadamu aku tuliskan sajak rindu
Mengalun renyuh diantara teduh
Bukankah engkau sendiri yang membangun tembok angkuh?
Semesta menyambut seraya senyum ranum hijau daun
Ketika mata saling bertatapan dan jari jemari tak sengaja bersentuhan
Sajak-sajak mahabbah berhamburan
Turun deras dari awan mendung yang tersibak
Rekah bunga musim semi pun tumbuh di tembok angkuh yang perlahan retak
Langit tak lagi pekat
Tapi mengharu biru
Bersemburat ungu
----------
Kepadamu
Jika nanti kamu disana rindu padaku
Sebut namaku 50 kali
Nanti tak rindu lagi
Kepadamu..
Kepadamu aku tuliskan sajak rindu
Mengalun renyuh diantara teduh
Bukankah engkau sendiri yang membangun tembok angkuh?
Semesta menyambut seraya senyum ranum hijau daun
Ketika mata saling bertatapan dan jari jemari tak sengaja bersentuhan
Sajak-sajak mahabbah berhamburan
Turun deras dari awan mendung yang tersibak
Rekah bunga musim semi pun tumbuh di tembok angkuh yang perlahan retak
Langit tak lagi pekat
Tapi mengharu biru
Bersemburat ungu
----------
Kepadamu
Jika nanti kamu disana rindu padaku
Sebut namaku 50 kali
Nanti tak rindu lagi
Subscribe to:
Posts (Atom)