Pages

Friday, August 20, 2010

GULA-GULA KAPAS


"Kanda Prabu saya ingin gula-gula kapas itu"
"Warna apa yg kamu sukai dinda?"
"Saya suka merah kanda prabu"
"Baiklah dinda...ini gula-gula kapas untukmu.."
"Waah...indah sekali gula-gula ini...halus dan lembut..dapatkah Kanda Prabu membuatkannya untuk saya?"
"Tentu saja dinda...bahkan saya bisa membuat gula-gula kapas yang bisa menutupi lantai istana hanya dengan sejumput gula dan setangkup angin yang terus kuputar dengan ajian Bayucakrasakti"
"Benarkah itu Kanda Prabu? indah sekali..."

"Dinda..setelah engkau buka pembungkusnya..lekaslah engkau makan gula-gula kapas itu...biar tidak habis terhembus angin"
"Biar saja Kanda Prabu...saya ingin tau bagaimana cara angin merampas keindahan yang ada di tangan saya"
"Maksud dinda?"

"Sebelumnya maafkan saya Kanda Prabu...sejujurnya saya benci gula-gula kapas"
"Kenapa? bukannya tadi dinda mengagumi keindahan gula-gula kapas ini"

"Karena keindahan dari gula-gula kapas itu semu Kanda Prabu... Keindahan yang hanya terbuat dari sejumput gula yang tidak lebih dari seujung kuku...diberi pewarna untuk mempercantik dan terus diputar-putar menjadi setumpuk kapas yang berwarna yang indah. Gula-gula kapas itu tidak lebih dari sekedar penipu Kanda Prabu. Bahkan ketika masuk dalam mulut kita...lidah kita lupa apa yang baru saja diecapnya. Sesuatu yang tampak indah oleh mata belum tentu menjadi sesuatu yang indah oleh hati kita. Jadi saya ingin melihat sang angin mempermalukan dan menelanjangi harga diri gula-gula kapas itu hingga lenyap tak berbekas.
Jadi apakah Kanda Prabu masih berniat membuatkan saya keindahan dengan gula-gula kapas seperti yang Kanda Prabu tadi katakan?"

"Baiklah dinda...kita naik komedi putar itu saja..."