Pages

Friday, November 26, 2010

Dwilogi Merapi : BALA TENTARA MERAPI


Taukah engkau apakah Wedhus Gembel itu? Sesungguhnya mereka adalah Bala Tentara Merapi.

Mozaik 1 : Bencana Maha Dahsyat
Dan akhirnya kekuatan maha dahsyat itu muncul.
Langit menghitam...
Halilintar menyambar bersautan...
Bumi bergemuruh...
Bumi bergetar hebat...
Awan panas putih pekat berebutan keluar dari Merapi...
Guguran lava pijar dan hembusan angin maha panas membuat apa yang dilaluinya menjadi abu.

Penduduk berhamburan menyelamatkan diri.
Banyak dari mereka menangis memandangi Merapi. Sang gunung agung yang selama ini memberikan kehidupan dan kemakmuran bagi mereka
Terkejut bagi mereka melihat amarah Sang Merapi. Sang gunung bijak yang selama ini banyak memberikan pelajaran tentang kedamaian hidup dan petuah agar selalu dekat dengan alam.

Kekuatan maha dahsyat menyapu semuanya dan melewati pondok kecil tempat tinggal Abdi Dalem.
Semua musnah. Sang Abdi Dalemi beserta ribuan penduduk meninggal karena kedahsyatan kekuatan Sang Merapi.

Mozaik 2 : Wedhus Gembel
Wedhus Gembel begitu mereka akrab menamainya, tapi kami menyebutnya: Bala Tentara Merapi.
Pasukan berjumlah tak terbatas. Berbaju zirah putih dengan jubah melambai. Bersenjatakan Bayucakra Agni.

Pasukan perang Merapi berzirah putih pekat itu menyapu hampir semua wilayah disekitaran Merapi.
Entah kenapa Merapi menjadi semurka itu sekarang...apakah genderang perang antara Merapi dengan Pantai Selatan sudah ditabuh?
Bukan rahasia lagi kawan...perselisihan antara Merapi dengan Pantai selatan.
Empat tahun lalu Pasukan Pantai Selatan sukses memporakporandakan kota dengan guncangan yang maha dahsyat.
Kini giliran Bala Tentara Wedhus Gembel menyapu lereng-lereng serta menghujani kota dengan hujan abu nya.

Mozaik 3 : Jengah
Sudah terang sekarang...kenapa Batara Guru menciptakan Merapi yang letaknya sama jaraknya sejauh Pantai Selatan dengan Kraton. Kenapa diberikan olehnya kekuatan dan kesaktian maha dahsyat itu. Tak lain untuk menandingi Pantai Selatan dan agar bisa menjadi penasihat Kraton agar tidak selalu condong ke Pantai Selatan.

Kali ini nampaknya Merapi telah murka. Entahlah mengapa ia mengerahkan pasukan berjirah putih pekat itu untuk menghancurkan semuanya, bahkan seorang Abdi Dalem Kraton pun tak luput dari pasukan itu, padahal selama ini ia menjadi penghubung antara Merapi-Kraton dan Merapi-rakyat.

Sudah terang sekarang...kenapa Merapi semurka itu. Kenapa dikirimkannya bala tentaranya, kenapa sampai Abdi Dalem setia itu ikut dibunuhnya. Tak lain karena Merapi jengah dengan sikap Penguasa Kraton. Jengah karena penguasa itu telah melupakan apa yang telah dilakukan oleh leluhurnya. Yaitu sumpah setia untuk memimpin dan melayani rakyat kerajaan. Merapi jengah penguasa sekarang mempunyai ambisi lain, yaitu menginginkan kuasa yang lebih besar, yaitu kuasa atas khayangan. Entah siapa yang mempengaruhinya? Pantai Selatankah? Entahlah...jika itu terjadi maka perhatian Penguasa itu akan terbelah antara mengurusi Kraton dengan mengurusi Khayangan. Dan rakyat akan diabaikan...

Diutuslah oleh Merapi Abdi Dalem itu untuk menghadap Kraton agar ia menyampaikan isi pikiran Merapi.
Tapi bagi penguasa sekarang, Merapi hanyalah seonggok gunung yang diberi titah hanya untuk menghidupi dan memberi kemakmuran rakyatnya. Bukan memberi petunjuk apalagi yang dapat menghalangi ambisi Sang Penguasa.

Mozaik 4 : Tangisan Pilu
Maka hari itu Merapi mengutus Bala Tentara untuk menarik perhatian Penguasa Kraton.
Anda tau? Merapi melakukan itu dengan air mata berlinang...
Bahkan ia tidak sanggup menyaksikan ketika pasukannya menerjang pondok kecil milik Abdi Dalem yang selama ribuan tahun setia menemaninya...
Abdi Dalem yang mengorbankan nyawanya ketika ada orang-orang jahat yang ingin merusaknya.
Abdi Dalem yang berjasa melestarikannya agar ia tetap elok dan seimbang dengan kehidupan para penduduk.
Sungguh menyayat hati bagi Sang Merapi.

Tangisan pilu Merapi pun terdengar
Ketika mendengar jeritan-jeritan kecil anak-anak yang terpisah dari orang tuanya...
Ketika tangisan pecah melihat keluarganya mati oleh terjangan pasukannya..
Ketika teriakan-teriakan pilu menahan panasnya kekuatannya...
Merapi pun menutup telinga...
Menangis...dan menangis...

Hening....
Terlalu hening...
-------------------------------

Mozaik 5
Semua sudah berakhir...
Terpaku Merapi melihat semuanya...
Hancur sudah...
Musnah sudah...
Ribuan mayat bergelimpangan...
Ia telah mengorbankan rakyat yang begitu sangat mencintainya...
Tapi ia yakin bahwa apa yang telah ia perbuat tidak sia-sia

Karena ketika dibalik mata yang terpejam dan berlinang...
Ditengah telinga tertutup ketika bencana terjadi tadi...
Sayup-sayup ia mendengar dan samar-samar ia melihat Penguasa Kraton menangis pilu...



-------------------
Sekuel kedua dari Dwilogi Merapi.
Cerita sebelumnya: Dwilogi Merapi: MERAPI DAN JURU KUNCI

Sunday, November 14, 2010

Akhir Minggu Penuh Simulasi

Akhir minggu ini bagiku benar-benar penuh dengan simulasi.
Pertama dimulai dengan simulasi kebakaran (Fire Drill) dan ancaman bom (Bomb Threat) pada hari jumat di kantor, lalu ditutup dengan simulasi yang paling hebat, yaitu simulasi penyerangan radar yang dilakukan oleh 300 personel Yonif Linud 503 TNI-AD.
Beberapa tentara itu tiarap sembunyi di depan rumahku.

Sebagai informasi kawan...
Rumahku berdekatan dengan Satuan Radar 222 TNI-AU di kawasan Jombang Utara. Disana berdiri dengan kokoh Radar pertahanan milik TNI-AU yang berada dibawah Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II. Dulu Satuan Radar ini sangat berperan dalam Operasi Trikora dan Dwikora tahun 1960an sebagai Fighter Recovery Radar. Saat ini Satuan Radar 222 bertugas sebagai Ground Control Interceptor Radar (GCI). Dengan kemampuannya sebagai Radar GCI, Satuan Radar 222 semakin menjadi tumpuan bagi semua Fighter yang berpangkalan di Lanud Iswahjudi.

Sabtu dini hari menjelang Subuh
Sunyi...

Suara kemresek terdengar di depan rumah...pas kuintip dari jendela kulihat beberapa orang berpakaian hijau loreng bersenjata lengkap tiarap dengan posisi menyerang. Ada yang bersembunyi di balik pohon kelengkeng..ada pula di dekat tangki PDAM dan dibelakang rumah... Bebarapa saat kemudian terdengar suara tembakan berulang-ulang..
Anehnya petugas piket di pos penjagaan santai-santai saja menonton televisi...hohohoho

Wew..ngeri juga pertama melihatnya..kupikir beneran.. Tapi ternyata itu hanyalah simulasi penyerangan radar yang dilakukan oleh Prajurit TNI-AD dari Yonif Linud 503. Untung gak aku timpuk dengan batu karena kupikir maling ato apa..hahaha

Menurut kabar yang kuperoleh keesokan harinya..ternyata Operasi Simulasi Tempur itu dimulai hari Jumat.  Skenarionya adalah sekelompok Insurjen menguasai areal Radar 222 dan para petinggi pemerintah disandera di pendopo di desa Sumberjo. Sebanyak 300 pasukan diterjunkan menggunakan pesawat  untuk melaksanakan simulasi tersebut.

Ckckckckck..cukup menghibur.

Oh iya...saya pikir jika memang Radar TNI-AU direbut oleh musuh...yang berkewajiban untuk merebut Radar tersebut harusnya prajurit Komando Pasukan Khas (Kopaskhas)  TNI-AU yang memang tugasnya menjaga dan mempertahankan objek vital TNI-AU.
Jadi TNI-AD ndak usah repot-repot... :)