Pages

Monday, July 4, 2011

Padang Pasir

Bukankah dulu sudah kubilang

Aku mengibaratkan aku berada di padang pasir yang panas dan sunyi
Dimana tidak ada seorangpun didekatku
Kesepian
Selalu sendiri

Dimana ketika aku haus..aku mencari sendiri sumber mata air
Dimana ketika aku tersengat panasnya matahari...aku mencari sendiri tempat berteduh
Selama itu pula aku hanya melihat bayangan semu pepohonan yang rindang dan air yang menggenang

Lalu kamu datang
Serta merta asa terajut dan mimpi membumbung
Bagaimana tidak..dengan melihatmu saja, seolah:
 

Kamu memberiku setangkup air dengan hiasan bias pelangi ketika aku haus
Kamu meneduhiku dengan senyuman ranum ketika hatiku tersengat terik
Dan kamu memberikan kerindangan lengkap dengan padang rumput dan kupu-kupu yang nyata, bukan fatamorgana seperti yang selama ini kurasakan.

Walau sesungguhnya kamu tidak benar-benar tersambut dengan perasaanku, karena tiap kali kalimat lugu kulontarkan selalu kau ludahi..
"Dasar perayu gombal.." katamu
Aku tetap tersenyum
Karena kuyakin bahwa segala penolakanmu akan luntur ketika terkikis oleh sang waktu

Hingga pada suatu ketika tanpa tedeng aling-aling sebuah kalimat terlontar dari bibirmu. Kalimat yang nyata-nyata telah memvonis apa yang kugambarkan tentang dirimu ternyata tak lain hanya fatamorgana belaka juga.

Diawali dengan kalimat : "Sudah...kita gak usah ketemuan lagi lah ya..."
Pun aku masih menjawabnya dengan tersenyum karena bagiku jumpa dan pisah hanya istilah.

Lagipula toh tidak ada salahnya jika aku kembali ke tempat semula, di Padang pasir yang panas. Karena disinilah tempatku.

-------------
Matahari yang tak pernah malas terus bersinar, terbit dari timur dan bergantian dengan rembulan serta bintang gemintang



Tetapi tetap saja kamu selalu hadir dalam hidupku, walau dalam hati ini selalu kuyakinkan bahwa merinduimu tak harus terlalu. Kalau perlu akan kutebalkan tembok pembatas ini, karena hanya akan menciptakan bongkahan luka.

Hingga pada suatu ketika dimana aku mulai terbiasa dengan keadaan ini, kamu menghubungiku, berbasa-basi sebentar lalu terucap kalimat:

"Seandainya aku datang kepadamu tapi bukan sebagai teman..apakah kamu mau menerimaku?"

Tahukah kawan, saat itu semesta menyambut, rembulan terbitkan senyum ranum hijau daun-daun, angin berderai mengutus awan menurunkan hujan sajak-sajak mahabbah.. Seketika itu tembok pembatas rindu yang kubangun roboh seiring dengan rekah-rekah bunga musim semi.

Aggrrrrhhhh!!!!!
Ada apa denganku?????
Kenapa dengan dia mudah saja aku menerbitkan asa dan membumbungkan mimpi
Walau aku tidak yakin kali ini fatamorgana atau bukan.




-------------------------
Sby, 29 Jun '11

Tulisan ini kutulis setelah aku menandaskan gelas kopi untuyk yang kelima di hari ini.
Itulah kawan akibat dari hari libur sendirian di kost-an..dan tentu saja efek gila yang ditimbulkan dari Kopi gelas ke-5.

Ggggrrrrhhhh....

No comments:

Post a Comment