Pages

Thursday, July 8, 2010

Keberhasilan Spanyol Di Tengah Krisis Regional


Dalam Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, timnas Spanyol yang dijejali pemain bintang dari klub-klub elite Eropa berhasil mencapai babak final dan akan menghadapi Belanda. Jika menang, Spanyol akan menjadi juara kali pertama dalam keikutsertaanya mereka dalam ajang tersebut dan juga mengukir sejarah sebagai negara Eropa pertama yang menjadi juara di luar benua Eropa.

Tetapi ada suatu peristiwa menarik dalam sepanjang pertandingan yang diikuti Spanyol dalam Piala Dunia 2010 ini. Ketika lagu kebangsaan dikumandangkan sebelum pertandingan dimulai, mulai pertandingan perdana hingga semifinal hampir semua pemain Spanyol tidak ada yang ikut bernyanyi lagu kebangsaan Spanyol La Marcha Real. Kenapa hal itu bisa terjadi? ini karena tidak lepas dari krisis regional yang melanda negeri matador tersebut. Krisis yang meliputi etnisitas hingga berujung pada konflik berdarah.

Konflik itu dimulai ketika diktator Fransisco Franco berkuasa pada tahun 1930. Pembangunan yang hanya terpusat dan tidak merata serta kurangnya perhatiannya kepada wilayah-wilayah lainnya membuat wilayah seperti Catalonia dan Basque ingin merdeka dan lepas dari Spanyol, apalagi secara tnis dan budaya, Catalonia dan Basque berbeda dengan Spanyol. Keinginan mereka untuk memisahkan diri semakin kuat setelah Franco mencoba untuk memberangus kebudayaan mereka.

Dalam menghadapi keinginan tersebut, Franco lebih memilih opsi militer untuk menumpas aksi separatis tersebut dan menimbulkan banyak korban sehingga perasaan benci entis Catalonia dan Basque kepada pemerintahan Spanyol semakin mendalam. Bahkan dalam perjuangannya etnis Basque mempunyai kekuatan militer sendiri, yaitu ETA (Euskudi Ta Askatasuna) yang oleh pemerintah Spanyol digolongkan sebagai kelompok teroris.

Dalam sepakbola pun demikian, ketika Franco berkuasa, dia mencoba mengadu domba dan membuat perpecahan diantara wilayah yang menentang pemerintah Spanyol. Real Madrid dijadikan pemimpin fasis tersebut sebagai simbol Spanyol. Ketika Catalonia bangga dengan Barcelona sebagai identitas etnisnya, Franco merangkul Espanyol dan menjadi rival Barcelona. Di daerah Basque, untuk meredam kekuatan Athletic Bilbao yang juga merupakan bentuk identitas etnis Basque yang ingin merdeka dan lepas dari pemerintahan Spanyol, pemerintah menghidupkan klub Real Sociedad sebagai kekuatan oposisi di wilayah Galicia. Franco juga menanamkan pengaruhnya di wilayah Andalusia dengan membentuk Real Betis sebagai upaya menandingi Sevilla.

Perlakuan pemerintah Spanyol dimasa lalu membentuk dendam di otak bawah sadar orang-orang Catalonia dan Basque bahwa mereka bukan orang Spanyol dan tidak merasa menjadi bagian dari Spanyol. Pernah suatu ketika dalam pertandingan La Liga ketika Athletic Bilbao berhadapan dengan Real Madrid, ada spanduk besar bertuliskan "KAMI BUKAN SPANYOL..TAPI KAMI ADALAH BASQUE".

Itulah kenapa pemain Timnas Spanyol keturunan Catalonia seperti Andres Iniesta, Xavi Hernandes, Pedro Rodrigues, Charles Puyol, dll lebih bangga menyanyikan lagu kebangsaan Catalonia daripada lagu kebangsaan Spanyol. Atau juga mungkin mereka lebih bangga menggunakan kostum Timnas Catalonia dibandingkan kostum La Furia Roja. Sebuah sejarah kelam yang terpatri dalam otak bawah sadar.


-----
(Sebagai catatan Catalonia dan Basque rutin mengirimkan kesebelasaanya bertanding dalam ajang PIALA DUNIA UNTUK NEGARA-NEGARA YANG TIDAK DIAKUI. Untuk Wakil dari Indonesia adalah Papua dan Maluku Selatan).

No comments:

Post a Comment