Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara. Indonesia memiliki lebih kurang 17.000 buah pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Berdasarkan posisi geografisnya, negara Indonesia memiliki batas-batas sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Malaysia, Singapura, Filipina, dan Laut Cina Selatan.
Sebelah selatan berbatasan dengan Australia dan samudra Hindia
Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Sebelah timur berbatasan dengan Papua Nugini, Timor Leste dan Samudera Pasifik.
Luas wilayah Indonesia sebagai berikut:
total darat: 1.922.570 km²
daratan non-air: 1.829.570 km²
daratan berair: 93.000 km²
lautan: 3.257.483 km²
Indonesia juga dilewati jalur perdagangan internasional yaitu Selat Malaka, selain itu Indonesia mempunyai kekayaan alam yang sangat melimpah.
Sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas,letak yang strategis, dan kekayaan alam yang melimpah maka potensi ancaman bagi negara Indonesia sangatlah besar. Ancaman yang dihadapi Indonesia adalah:
1. Pencurian hasil laut.
2. Klaim negara lain atas wilayah Indonesia akibat kurangnya perlindungan dan pengawasan
3. Pelanggaran perbatasan oleh negara lain.
4. Perompakan
5. Perdagangan barang secara illegal melalui laut.
6. Kejahatan-kejahatan internasional lainnya yang dilakukan melalui kelautan.
Dengan memperhatikan ancaman-ancaman tersebut, Indonesia harus memliliki armada maritim yang tangguh untuk menjaga, mengawasi, menangkal, dan mempertahankan keamanan serta keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejatinya dengan kondisi yang demikian, Indonesia sepantasnya memiliki Kapal Induk. Namun apakah Kapal Induk merupakan kebutuhan paling penting bagi Indonesia? Perlukah Indonesia memilik Kapal Induk sekarang?
Fungsi Kapal Induk bagi Indonesia adalah:
- Untuk mengamankan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari ancaman-ancaman seperti pencurian hasil laut, pelanggaran perbatasan, perdagangan ilegal, dan kejahatan-kejahatan lainnya.
- Sebagai alat diplomasi Indonesia. Dimana keberadaan Kapal Induk tersebut dapat menguatkan posisi tawar Indonesia dalam berdiplomasi dengan negara lain, khususnya menyangkut masalah pertahanan keamanan.
Salah satu pertimbangan utama TNI AL memilih Green Water Navy karena konsep pertahanan TNI AL bukan konsep pertahanan yang ofensif. Indonesia juga belum mampu untuk melakukan support and supply secara terus menerus kepada armada garis depan jika menerapkan konsep Blue Water Navy.
Ada 3 konsep dalam Angkatan laut, yaitu:
- Brown Water Navy : Kekuatan angkatan laut cuma sebatas wilayah pantai, pengamanan pantai dan sungai.
- Green Water Navy : Kemampuan angkatan laut untuk pengamanan sampai batas terluar ZEE.
- Blue Water Navy : Kemampuan angkatan laut satu negara untuk digelar atau deployment di samudera luas/high seas dalam kurun waktu yang cukup lama.
Selain masalah konsep, masalah yang penting adalah biaya.
Sebagai contoh harga 1 Kapal Induk sekelas USS Nimitz (CVN-68) adalah $ 4,5 milyar. Itu belum termasuk pesawat-pesawat dan kendaraan-kendaraan tempur didalamnya, serta biaya operasionalnya yang mencapai $160 milyar per tahun.
Oleh karena itu lebih baik Indonesia membangun armada laut ketiga di wilayah Indonesia Timur. (Indonesia mempunyai 2 armada, yatu Armada Barat di Jakarta dan Armada Timur di Surabaya). Indonesia juga harus membangun skadron tempur di pulau-pulau yang bersifat strategis untuk mengawal kapal-kapal perang dan wilayah perairan Indonesia. Ini akan lebih efisien ketimbang mengoperasikan kapal induk yang hanya membawa pesawat tempur. Dan tentu saja, kekuatan Angkatan laut harus ditambah dengan peningkatan jumlah kapal sekelas Fregat dan kapal selam.
Betul mas, saya setuju bahwa kepemilikan kapal induk sekelas Amerika memang sangat mahal. Tapi kapal induk kecil sepertinya tidak terlalu mahal. Saya tertarik pada salah satu desain kapal induk kecil desain Naval PostGraduates School, Sea Archer. Kapalnya kecil hanya 12.000 ton namun mampu membawa 8 JSF, 2 MH-60, 10 UAV, 2 MAS dengan kecepatan maksimum hingga 60 knot. Kapal ini efektif sebagai power projection, Humanitarian dan ISR perbatasan (rapid anti piracy dan anti smuggling). Di sisi lain ada desain lain dari Naval War College untuk kapal induk kecil dengan isi 7 JSF, 2 helicopter dengan berat 4000 ton dan kecepatan 60 knot.
ReplyDeleteKedua desain ini memungkinkan Indonesia untuk memiliki kapal induk kecil, namun harus dioptimalkan lagi desainnya agar harga terjangkau dan dapat dibeli dalam jumlah cukup.
Salah satu skenario penggunaan uav dan helicopter yang menurut saya terbaik ialah dalam film Mission Impossible 3 dimana uav loitering sambil memberi cas sementara heli mengirim pasukan komando. Hal ini efektif di laut dimana uav memberi cas dan ISR sementara heli bertugas menyisipkan pasukan komando ke kapal pembajak atau kapal lain.
Masalah utama konsep ini ialah harga pesawat STOVL yang mahal dan perawatan helikopter yang rumit. Hal ini memaksa Indonesia untuk merancang dan memproduksi pesawat sendiri secara unkonvensional. Untuk itu saya masih memikirkan desain yang efektif.
Salah satu skenario penggunaan uav dan helicopter yang menurut saya terbaik ialah dalam film Mission Impossible 3 dimana uav loitering sambil memberi cas sementara heli mengirim pasukan komando. Hal ini efektif di laut dimana uav memberi cas dan ISR sementara heli bertugas menyisipkan pasukan komando ke kapal pembajak atau kapal lain.
Terima kasih...pendapat yang luar biasa hebat...
ReplyDeleteJika kita memang menghendaki memiliki kapal induk..maka sebaiknya kita ubah dulu kebijakan maritim kita..dari Green Water Navy menjadi Blue Water Navy. Jika hal itu tidak memungkinkan (karena kebijakan kita yang defense) maka harus ada penambahan armada laut...agar kita bisa mendeteksi keberadaan musuh dan efektif melindungi pulau2 terluar
Menurut saya dengan jumlah pulau yang sangat banyak Indonesia cocoknya bisa membangun pangkalan militer yang kuat untuk angkatan laut dan udaranya tanpa harus punya kapal induk, tinggal di bagi menjadi 3 Armada besar yaitu wilayah Indonesia barat, tengah, dan timur. dengan 360 kapal perang dan 230 pesawat tempur. 12 pangkalan angkatan laut dan 12 pangkalan pesawat militer utama.
ReplyDeletesaya setuju dengan pendapat saudara aris pamula. yang mau saya tambakan adalah di upayakan pangkalan militer indonesia di dekat perbatasan sehingga mempermudah memantau daerah tersebut bila ada orang luar masuk ke NKRI
ReplyDeleteKita perlu membangun Armada Pertahanan Laut Darurat dengan kekuatan 10 kapal induk ( 200 Jet Sukhoi 35 + 200 Jet F-18 Super Hornet + 100 Hellikopter Apache + 100 Helikopter Puma ) dan 33 unit kapal selam kelas Georgia.
ReplyDeleteKalau saya jadi presiden,saudara semua akan saya jadikan menteri pertahanan dan wakil menteri pertahanan
DeleteMinimal 3 kapal induk kelas 40.000-60.000 ton, ARMABAR-ARMASAT, ARMATIM. 3 kapal induk bisa 100 pesawat, yaaa kita butuh minimal 300-400 pesawat tempur. hehehehe
ReplyDeleteMenurut saya , Indonesia punya banyak pulau , Kepulauan tsb bisa di fungsikan sebagai kapal induk , sehingga sangat bermanfaat bagi indonesia , sehingga pulau tersebut berpenghuni , tdk di jamah oleh negara lain . dan pastinya pulau pulau tersebut terjaga keberadaannya di bawah NKRI..he,..he
ReplyDelete