Pages

Monday, October 25, 2010

Mereka Masih Terbuai

Kawan...
Belakangan ini di negeriku sedang ribut-ributnya aksi mahasiswa memperingati 1 tahun periode kedua rezim yang memerintah di negeriku. Meskipun dalam memerintah masih sangat jauh dari harapan, namun apa yang dilakukan oleh para mahasiswa itu buatku sangat-sangat keterlaluan. Saya tidak tau apa yang ada di dalam benak para orang tua mereka ketika melihat anak-anaknya membikin onar dengan merusak fasilitas umum, merusak mobil polisi, dan melempari polisi dengan batu atau apapun yang ada didekat mereka.

Sungguh tidak dapat dinalar oleh pikiran kita bahwa mereka sebagai kaum intelek menggunakan kekerasan untuk memperjuangkan aspirasinya. Saya pikir kalo saya jadi pemerintah, ketika ada yang menuntut dengan cara-cara seperti itu, saya akan tutup mata dan tutup telinga. Buat apa meladeni orang yang menuntut secara brutal?

Memang sungguh ironis kawan mereka sebagai para intelektual. Saya jadi curiga, jangan-jangan dikampus mereka ada mata kuliah tindakan anarki?

Apa yang dilakukan oleh mereka saya pikir mereka masih terbuai oleh keberhasilan mahasiswa dalam menumbangkan rezim Orde Baru tahun 1998 lalu. Tapi sejujurnya saya agak merasa berat menggunakan kata "keberhasilan". Memang mereka berhasil menumbangkan, tetapi apakah para pencetus reformasi tersebut "berhasil" menciptakan negara seperti yang mereka idam-idamkan diawal gerakan mereka?

Mungkinkah ada diantara para aktivis tersebut yang menyesal?

Kegagalan para pencetus reformasi tersebut dalam menciptakan negara seperti yang mereka cita-citakan adalah mereka tidak mampu menciptakan suatu grand design sebagai landasan untuk menjalankan roda reformasi dan untuk menjalankan negara ini. Karena mereka selalu menjalankan kebijakan tanpa membuat landasannya terlebih dahulu, akibatnya hal-hal seperti: bagaimana tahap perencanaannya, penyelenggarannya, mekanismenya, prosedurnya, dan pengawasan serta pengendaliannya sering dilupakan.

Sebagai contoh dalam reformasi ini:
Atas nama Keterbukaan Informasi, kita diam saja melihat anak-anak kita menikmati budaya asing yang masuk tanpa melewati proses penyaringan yang ketat sehingga dapat merusak moral generasi muda kita.
Atas nama Hak Asasi Manusia, polisi dan tentara kita dalam tugasnya dikebiri dengan bermacam-macam aturan.
Atas nama Kebebasan Berpendapat, muncul demo-demo yang kadang dalam aksinya membakar foto simbol-simbol negara, bahkan di wilayah tertentu demo semacam itu disusupi oleh isu-isu separatis, atau munculnya gerakan-gerakan radikal, belum lagi munculnya ormas-ormas yang dalam aksinya sering menggunakan cara-cara kekerasan yang dapat menjadi ancaman bagi negara ini.

Inilah masalahnya...
Apakah mahasiswa-mahasiswa yang sekarang ini yang berteriak-teriak tidak puas terhadap kinerja presiden dan menuntut presiden untuk mundur tersebut memiliki grand design yang sempurna untuk menjalankan negara ini???
Saya berani bertaruh..TIDAK!

Jadi saya pikir...kembalilah kalian ke kampus saudaraku.
Lanjutkan belajar...
Raih gelar akademikmu...
Lalu perjuangkan hak-hak rakyatmu dengan kemampuan dan gelar yang kau miliki...
Karena itu akan menjadikanmu sebagai manusia Indonesia yang sempurna.

No comments:

Post a Comment