Pages

Monday, December 14, 2009

Algojo Di Sungai Merah


Kemudian…
Digiringlah pemuda-pemuda anggota organisasi underbow-nya itu berjalan menuju pinggir sungai…
Diperintahkanlah mereka berlutut berjajar membelakangi Jarwo…
Ditumpuklah atribut mereka berupa bendera merah bergambar palu arit...
Dibakarlah tumpukan tersebut hingga membara…

Dengan parang terhunus…
Berteriaklah Jarwo dengan lantang…

Disinilah aku…
Dengan parang di tanganku…
Dibawah langit kelabu…
Yang mengharu biru…

Kubuat air sungai ini menjadi merah…
Merah karena darah…
Darah yang mengalir dari leher yang merekah…
Dan raga yang terbelah…

Kemudian…
Ditundukkannya kepala salah satu pemuda itu menghadap tanah…
Diacungkannya parang itu keatas…
Dan diayunkannya tepat ke tengkuk…
Jresss…
Sekali tebas…lepaslah kepala itu…
Dan diulanginya kepada yang lain yang berjumlah 20 orang itu…

Tersisalah jasad tanpa kepala...
Entah dimana sang kepala...
Oh itu dia...menggelinding...
Tercebur kedalam sungai...

Bukan keringat yang membasahi dahi Jarwo…
Tapi darah…
Darah yang muncrat dari tengkuk…
Darah yang mengalir dari badan dan kepala yang terbelah...

Dibuanglah satu persatu jasad tanpa kepala tersebut ke sungai...
Sampailah kepada jasad terakhir...
Jarwo mengambil sisa bendera yang belum hangus terbakar...
Diikatkan ke kayu runcing...
Ditancapkanlah ke dada jasad terakhir...
Dan dibuanglah jasad tanpa kepala tersebut...
Jadilah dia jasad terapung dengan bendera palu arit tertancap di dada...

Jadilah sungai itu berwarna merah darah...
Yang kelak kemudian hari disebut Sungai Merah…


-------------------------
Terinspirasi dari bukunya Hermawan Sulistiyo

PALU ARIT DI LADANG TEBU

No comments:

Post a Comment