Pages

Wednesday, October 14, 2009

Memacu Adrenalin Dengan Gempa: Sepenggal Kenangan Gempa Jogja 27 Mei 2006

Liat gempa Padang..jadi ingat pas Gempa Jogja 27 Mei 2006 silam..

Masih ingat benar kejadian itu…

Sabtu, 27 Mei 2006

Saat itu sejak pukul 05.00 pagi penulis sedang berada di warnet Trinity di Jl Tambakbayan..tapi dulu namanya bukan Trinity deh..gak tau lupa namanya..yg diseberang Jl Solo itu lho… Pagi itu penulis sengaja ke warnet untuk cari bahan tugas..rancananya kan siang itu penulis janjian ma teman2 ke kampus untuk ngerjain tugas… Termasuk aneh juga…padahal sebelumnya kalo sabtu pagi penulis biasa tidur sampe siang..tapi pagi itu setelah sholat Subuh penulis langsung ke warnet naik sepeda. Sekitar pukul 05.55…penulis selesai dan bermaksud membayar.. “Berapa mas?” Tanya penulis...“1500…” Jawab yg jaga warnet.

Belum sempat membayar tiba2…terasa getaran yg mulanya agak kecil…lama kelamaan semakin kencang dan semakin kencang… Sontak saja penulis keluar dan diluar semakin keras…terdengar bunyi bergemuruh..tapi gak tau darimana asal bunyi tersebut… Saat itu diotak penulis terpikir untuk kembali untuk masuk ke dalam warnet mengingat disekitar penulis berdiri…atap2 rumah berjatuhan..tapi setelah melihat kondisi warnet, penulis mengurungkan niatnya…jujur..saat itu perasaan bingung melanda penulis…mau cari mana tempat yg aman..akhirnya penulis lari ke tengah2 jalan Jogja-Solo…dari arah Mirota yg jaraknya sekitar 100 meter dari penulis terlihat Bus Eka kehilangan kendali hingga berbelok2..dan sepeda motor berjatuhan…wuih… Terasa lama banget getaran keras itu…tidak henti2nya penulis berteriak mengucapkan doa… Ketika getaran mulai mereda..penulis sudah duduk di marka di tengah jalan tersebut…kemudian tukang becak diseberang jalan berteriak..

“Mas..mas awas ojo neng kono (mas..mas awas jangan disitu..)" Sambil menunjuk baliho di atas penulis…penulis langsung lari ketakutan melihat baliho besar yang masih bergoyang2… Setelah agak tenang…penulis masuk ke dalam warnet untuk membayar..dan kondisi di dalam sangat kacau..semua computer berjatuhan dan tertimpa plafon..setelah membayar…pulang… Sepanjang jalan warga semua tumpah ruah ke jalan..terlihat sekeliling rumah2 roboh..ada yg rata dengan tanah… Kemudian penulis sengaja lewat atas jalan layang Janti untuk melihat kota Jogja dari atas..dari kejauhan terliha asap mengepul..mungkin kebakaran… Sampai dirumah penulis mendapati rumah dalam keadaan sepi..semua perabot berjatuhan dan berserakan…terlihat retakan dimana2…penulis lalu ke dapur semua berjatuhan termasuk tabung LPG..sehingga penulis lari (takut meledak). Penulis lalu pergi ke lantai atas…tandon air, dan pot2 tanaman semua berjatuhan..sedang melihat2 tiba2 terasa getaran lagi..sehingga penulis lari menuruni tangga dan keluar rumah…

Tsunami

Sekitar pukul 09.00 penulis beserta paman membereskan lemari yg berisi perabot kaca yang semuanya pecah dilantai atas…tiba2 terasa gempa lagi..sehingga membuat kami berdua lari keluar rumah… Tidak lama kemudian…dari arah Ring Road Selatan semua orang berlarian kearah utara…orang2 meneriakkan “Air naik..air naik…Tsunami..Tsunami…” Hah!!! Jujur bukan main takutnya penulis saat itu…(teringat saat Tsunami di Aceh)..semua orang panik semua berlarian…akhirnya kami memutuskan untuk berlindung di masjid yg letaknya hanya beberapa meter..saat lari ke masjid…ada sebuah mobil Panther yg berisi keluarga..seorang ibu berteriak kepada penulis.. “Mas..mas tolong setir mobil ini..” “Gak bisa bu…” Jawab penulis sambil lari.. Penulis melihat kursi kosong di kursi kemudi..ternyata si sopir lari meninggalkan keluarga tersebut untuk menyelamatkan diri… Setelah sampai di masjid semua warga berkumpul dilantai dua sambil melihat jalan yg mulai ramai…tiba2 gempa susulan dating..sehingga membuat masjid bergoyang..dan semua warga berhamburan turun dan keluar..takut masjidnya roboh…akhirnya semua menuju lapangan… Beberapa lama menunggu disana akhirnya ada seorang relawan menggunakan motor Harley memberikan pengumuman bahwa tidak ada Tsunami dan itu hanya isu…Huhhh Syukur ya Allah… Akhirnya tiap jam di hari itu diwarnai dengan gempa susulan..sehingga semua warga memilih untuk tetap berada diluar…

Malam hari…

Masih berada diluar dan menggelar tikar…semua memutuskan untuk tidur diluar…dan makan makanan seadanya… Jam 23.30..datang pak RT..beliau mengumumkan katanya nanti tepat pukul 00.00 akan ada gempa besar..lebih besar dari gempa di pagi sebelumnya…seluruh warga dibangunkan…memang ada gempa tapi skalanya kecil…dan masih tiap jam dengan gempa susulan…

Hujan

Pukul 01.00 dini hari…Hujan… Akhirnya keluarga memutuskan tidur di masjid…masih dengan gempa susulan tiap satu jam… Ketika Sholat Subuh..terjadi gempa…tapi semua tidak panik..mungkin semua sudah pasrah…Mungkin mereka bersyukur jika mereka harus mati..mereka sudah dalam posisi Sholat…

Mencari Kakak

Keesokan harinya…penulis bermaksud mencari kakak penulis yg pasca gempa tidak bisa dihubungi…memang sejak saat itu semua alat komunikasi tidak bisa digunakan…setelah mengetahui keadaan kakak yg katanya ibu kostnya tidak apa2 dan katanya ke Wonosobo..penulis pulang kerumah (belakangan diketahui ternyata kakak berlindung di kampusnya). Beberapa hari sesudahnya masih diwarnai dengan gempa susulan…meskipun dengan skala kecil..tetap saja warga ketakutan…dan beberapa malam sesudahnya tetap tidur diluar…

Bantuan Datang

Hari2 kemudian bantuan mulai datang…mulai dengan mie instant dan biscuit…tiap rumah di daerah Wonocatur mendapat 3 kardus mie instant dan biskuit (sebenarnya lebih tapi selebihnya diberikan kepada tetangga2)..jadilah tiap hari..mie instant selalu menemani santap makan… Khusus mie instant bantuan dari pemerintah Australia terasa agaka hambar…sampai sampai beberapa bulan kemudian mie tersebut masih ada dan tidak ada yg memakannya…

Jadi Relawan

Gempa yg melanda Yogyakarta dan sekitarnya membuat mahasiswa2 yg menempuh studi dikota itu menjadi relawan gempa…bahkan kampus penulis mengirim mahasiswa untuk menjadi relawan sebagai pengganti Kuliah Kerja Nyata (KKN)…mereka diterjunkan di berbagai pelosok Yogyakarta dan sekitarnya…(penulis tidak mengambil KKN Gempa karena sebelumnya penulis sudah mantap untuk Magang…bukan KKN). Pada saat itu penulis diajak salah seorang teman membantu organisasi kemanusiaan dari Turki…mereka membangun posko di daerah Pleret, Bantul…tugas pun diemban penulis sebagai YANG MEMBUNGKUS NASI BUNGKUS…mereka memasak berkilo2 daging sapi..seperti rendang tapi bukan rendang…gak tau lupa namanya apa…dan dibagikan kepada korban gempa… Ada kenangan menarik ketika menjadi relawan dengan orang2 Turki…ternyata yg menjadi koki adalah perwira polisi bintang tiga…ketika terjadi tsunami di Aceh beliau juga menjadi juru masak disana…begitu ada gempa di Jogja..beliau berada di Jogja…

Gempa Susulan lagi dan lagi…

Berapa bulan sesudahnya..Yogyakarta selalu diwarnai dengan gempa kecil2an…peristiwa yg jarang pernah terjadi sebelumnya… Suatu kenangan yg penulis tidak bisa lupakan seumur hidup… Semoga kita semua selalu mendapat perlindungan dari Yang Maha Kuasa… Amin…

No comments:

Post a Comment